Pondok Pesantren Asal Lamongan Ini Produksi 4.000 Pasang Sandal Jepit

Kemenperin telah membina 46 pondok pesantren yang tersebar di tujuh provinsi sejak 2013.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jan 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi sandal jepit. (Public Domain)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai penerapan program santripreneur yang berjalan baik, salah satunya di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pondok Pesantren Sunan Drajat memproduksi alas kaki.

Hal itu seperti disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menegah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih, dikutip dari Antara, Selasa (21/1/2020).

Sebelumnya, Kemenperin telah membina 46 pondok pesantren yang tersebar di tujuh provinsi sejak 2013. Provinsi itu antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Timur dan Banten.

"Di Ponpes itu sudah mampu menghasilkan unit industri alas kaki yang memproduksi lebih dari 4.000 pasang sandal jepit spon per bulan,” ujar dia.

Di samping itu dari pelaksanaan bimbingan teknis perbengkelan roda dua di Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, sudah berhasil membuat alumninya membuka usaha bengkel sendiri.

"Bahkan, bimtek pengembangan unit usaha kopi di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Bandung, yang dalam jangka waktu sebulan dari pelatihan, koperasinya berhasil meningkatkan nilai jual produk kopi,” kata Gati.

Sebelumnya, Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq hanya menjual kopi dalam bentuk ceri (buah) senilai Rp 6.000 per kilogram.

Namun, setelah diberikan pembinaan dan fasilitasi mesin peralatan, saat ini telah mampu memproduksi kopi roasting dengan harga Rp250 ribu per kilogram.

“Tidak hanya coffee roasting, mereka juga kini mampu memproduksi kemasan kopi dengan merek kopinya sendiri. Ini tentu anugerah yang harus kita syukuri bersama. Program ini berhasil melahirkan santripreneur yang sangat berpotensi. Kami optimistis pondok pesantren mampu mendukung pengembangan IKM nasional yang berdaya saing di kancah global,” paparnya.

Gati menuturkan, Kemenperin fokus untuk terus menciptakan wirausaha industri baru, khususnya sektor IKM, guna merebut peluang bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia hingga 2030.

"Upaya ini sejalan juga dengan implementasi dari roadmap Making Indonesia 4.0,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Jangkau 21 Pondok Pesantren Sepanjang 2019

Gati menyebutkan sepanjang 2019 Program Santripreneur telah menjangkau 21 pondok pesantren dan membina sebanyak 4.700 santri. Ke-21 pondok pesantren tersebut meliputi enam di wilayah Jawa Timur, tiga di Jawa Tengah, delapan di Jawa Barat, dan empat di Banten.

"Mereka telah kami bekali pengetahuan, motivasi kewirausahaan, serta pelatihan produksi industri. Kami juga memberikan bantuan mesin dan peralatan produksi sesuai bidang usaha yang ditekuni di pondok pesantren tersebut,” tuturnya.

Adapun mesin dan peralatan yang telah difasilitasi antara lain untuk pengolahan sampah serta produksi sepatu hingga batako.

"Selain itu untuk produksi konveksi, pangan, makanan dan minuman, kerajinan, pupuk organik cair, kosmetik, serta perbengkelan,” kata Gati.

Ke depan, Ditjen IKMA akan terus membina dan melatih para santri di seluruh wilayah Indonesia melalui program bimbingan teknis serta memfasilitasi pemberian bantuan alat dan mesin untuk bekal para santri tersebut belajar mandiri sebelum terjun ke masyarakat.

"Kami meyakini para santri generasi muda akan mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang,” pungkas Gati.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya