Keren, Pelajar SMKN 2 Tasikmalaya Ciptakan Robot Tangan untuk Disabilitas

Alwan berharap robot tangan yang diciptakannya menjadi solusi bagi disabilitas, terutama mereka yang berkemampuan ekonomi pas-pasan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 22 Jan 2020, 14:00 WIB
Alwan Hanif Ramadhan, siswa kelas X SMKN 2 Tasikmalaya, Jawa Barat, menunjukan Affordable Smart Prosthetic Arm, alias robot tangan khusus disabilitas. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

 

Liputan6.com, Tasikmalaya - Terenyuh melihat teman sepermainan tanpa jemari tangan, menggudah hati Alwan Hanif Ramadhan, siswa kelas X SMKN 2 Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk membuat Affordable Smart Prosthetic Arm alias robot tangan khusus disabilitas.

Menggunakan stelan lengkap baju putih celana abu-abu khas anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Alwan, nampak telaten menerangkan seluruh proses pembuatan alat bantu buat disabilitas tanpa jari tangan tersebut, secara gamblang.

"Saya pelajari dari internet sistemnya pakai apa, hingga riset soal harganya, sebab alat ini sengaja ditujukan buat mereka yang berekonomi rendah," katanya, di bengkel kerjanya SMKN 2 Tasikmalaya, Selasa (21/1/2020).

Menurutnya, kehadiran alat itu, diharapkan menjadi solusi tepat, bagi mereka yang tidak memiliki jemari tangan secara utuh untuk tetap bisa beraktivitas secara normal.

Selain itu misi sosial untuk membantu kalangan masyarakat berekonomi pas-pasan, menjadi aksi mulia yang menyertai proyek ambius Alwan.

"Maklum alat seperti ini di pasaran harganya bisa 20 ribu dolar AS lebih, kalau saya hanya menghabiskan 35 dolar AS," ujarnya.

Anak pertama pasangan Ai Ratnawati dan Asep Doni Indrajaya itu kemudian menerangkan seluruh idenya, hingga menjadi riset kecil-kecilan dalam menyusun seluruh bahan yang akan digunakan.

"Total seluruhnya dua bulan dari persiapan hingga jadi," katanya.

Hasilnya, sistem sensor tekanan dianggap paling tepat dan mumpuni, dalam menghasilkan robot tangan baru ciptaanya.

Capaian ini terbilang istimewa, sebab selama ini robot tangan hanya menggunakan sensor otot.

"Memang terlihat keren menggunakan sensor otot, tapi banyak kelemahan," kata Alwan.

Selain terlihat sulit dengan perbedaan respons tiap otot setiap pengguna, bahan yang digunakan terbilang sulit, sehingga menghasilkan harga yang fantastis di pasaran.

"Dengan sensor tekanan yang saya ciptakan, tiga atau 20 detik, robot langsung pakai dengan kemampuan menggenggam hingga empat kilogram," katanya.

Dalam praktiknya, alat bantu di bidang kesehatan itu, dikontrol menggunakan sistem robotic arduino nano, dengan penggerak motor servo, yang menyerupai lengan secara utuh.

"Alat ini sangat simpel sekali dibanding dengan sistem sensor otot selama ini," katanya menambahkan.

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Lebih Efisien

Alwan Hanif Ramadhan, siswa kelas X SMKN 2 Tasikmalaya, Jawa Barat, tengah menunjukan cara kerja awal Affordable Smart Prosthetic Arm, alias robot tangan khusus disabilitas ciptaannya (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selain sistem kerja yang lebih efektif. Keunggulan lain robot tangan yang ia hasilkan, terbuat dari bahan yang mudah ditemui di pasaran barang elektronik dalam negeri. "Bahkan barang bekas sekalipun bisa kita gunakan," ujar Alwan.

Khusus satu lengan lengkap lima jari yang ia rampungkan, bahan yang digunakan terbuat dari plastik filament TPU flexible dan filament PLA, yang dicetak menggunakan 3D printing.

"Kami menggunakan bahan ringan tidak seperti produk luar negeri yang berbahan dasar logam titanium, baja dengan harga mahal," ujarnya.

Dengan bahan mudah dan ringan itu, gerakan robot tangan yang ia hasilkan, lebih fleksibel dengan daya angkut hingga empat kilogram.

Kemudian, kelebihan lain mampu mengukur suhu tubuh pengguna dengan sensor yang ditempatkan pada jari robot.

Terakhir, sensor sensitif yang ada pada jari tangan robot, mampu mengoperasikan touchscreen smartphone. "Dan yang lebih penting seluruh bahan merupakan anti air," ujarnya.

Sejak pertama kali diluncurkan, ia mengaku robot tangan buatannya telah dikutkan dalam beberapa kejuaraan robot internasional, mulai Investors Awar 2019 berada di negara Taiwan dan sukses juara kedua, hingga  berpartisipasi di Indian ASEAN Grass Roots Inovation di Filipina.

Meskipun penawaran kerjasama sudah muncul, namun ia memilih untuk menyempurnakan seluruh peranti robot tangan yang ia garap.

Selain itu, Alwan berencana untuk mendaftarkan hak cipta atau hak paten atas buah karya ciptaannya. "Rencana Februari kita ajukan," katanya.


Bakat Alami

Salah satu keunggulan robot tangan yang dihasilkan Alwan Hanif Ramadhan, siswa kelas X SMKN 2 Tasikmalaya, Jawa Barat, yakni mampu mengoperasikan smartphone dengan baik (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kemahiran membuat robot yang dimiliki Alwan merupakan bakat alami, anugerah terbesar Tuhan bagi siswa kelas X jurusan Mekatronika tersebut.  

"Bakatnya sudah terlihat saat MOS (Masa Orientasi Sekolah) ketika pertama kali masuk," ujar Dicky Nurul Ilham, guru pembimbing di sekolah.

Sebagai pendamping utama dalam proyek robot tangan tersebut, ia mengetahui betul bakat alami yang dimiliki Alwan. "Basic  MOS arduino nano itu di kelas saja baru diberikan, ini dia malah sudah faham betul," katanya.

Walhasil, setelah ditelisik diketahui jika Alwan mendapatkan seluruh skill dan keterampilannya, secara otodidak dengan mempelajari langsung dari internet. “Dan memang saya tidak salah menduga gurunya pasti google,” ujarnya sedikit bercanda.

Kepala Sekolan SMKN 2 Tasikmalaya Wawan mengatakan, robot tangan yang dihasilkan Alwan merupakan proyek monumental bagi sekolah, sebagai robot pertama yang dihasilkan langsung siswa didiknya.

"Gerakannya manual menggunakan alat sederhana, tapi hasilnya menakjubkan," ujarnya.

Atas keberhasilannya beberapa tawaran kerjasama pun mulai berdatangan. Terbaru, Alwan mendapatkan tawaran kerja sama dari perusahaan Home Care di Jakarta. "Rencana dalam waktu dekat, kami diminta untuk presentasi di sana," ujarnya menambahkan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya