Liputan6.com, Jakarta - Sebagai perlambang semangat dan komitmen persatuan menjadikan perayaan Imlek kembali digelar secara nasional. Tahun ini akan digelar pada Kamis, 30 Januari 2020.
“Kami menginginkan perayaan nanti, seperti telah dirintis melalui kegiatan serupa tahun lalu, lepas dari sekat kelembagaan, organisasi dan kelompok. Menunjukkan perbedaan adalah keniscayaan, dan tidak perlu menjadikannya sebagai sumber pertentangan. Yang dapat dan mesti kita lakukan adalah bersatu untuk tujuan yang lebih mulia, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan diri serta bangsa,” terang Ketua Panitia Perayaan Imlek Nasional 2020, G. Sulistiyanto.
Menurutnya, saat perayaan tahun lalu, Presiden RI, Joko Widodo berkenan hadir untuk kali pertama dalam perayaan Imlek dengan pertimbangan kegiatan ini bersifat nasional, di mana seluruh komponen bangsa hadir, berkumpul dan berbagi.
Baca Juga
Advertisement
Dalam Perayaan Imlek Nasional 2020 ini, bertemakan Bersatu untuk Indonesia Maju, Presiden direncanakan hadir diantara 10.000 undangan yang berasal dari lintas pihak, profesi dan keimanan di ICE BSD City, Tangerang Selatan.
Untuk kemudahan dan kenyamanan bersama, ia mengingatkan agar para hadirin tak lupa membawa lembar undangan yang telah diterima sebelumnya.
Adapun pelaksanaan Perayaan Imlek Nasional 2020 ini terdiri dari G. Sulistiyanto sendiri selaku Ketua Panitia, didampingi oleh Teddy Sugianto, David Herman Jaya dan Arief Harsono di Wakil Ketua Panitia. Dibantu oleh Sekretaris 1 dan Sekretaris 2, Eddy Hussy dan Ulung Rusman, dan Pui Sudarto di Kebendaharaan Panitia, bersama teman-teman dan tokoh Masyarakat Tionghoa lintas organisasi, bisnis dan beberapa bidang lainnya.
Diantara para undangan, akan terdapat 29 orang raja dari berbagai kerajaan di penjuru Nusantara sebagai penanda bahwasanya perayaan Imlek adalah bukan lagi milik suku Indonesia Tionghoa semata, namun telah menjadi sebuah kegiatan budaya yang dapat dinikmati setiap kalangan.
“Untuk Indonesia yang semakin maju, sebagaimana tema perayaan kali ini, seluruh warga negara, termasuk suku Indonesia Tionghoa mesti mengambil peran aktif. Hal semacam ini cukup sering kita dengar dan ucapkan, tinggal kita laksanakan bersama dengan lebih serius dan ikhlas,” ungkap Sulistiyanto.
Menurutnya, hal ini telah berlangsung lama sebagaimana kiprah para pahlawan kemerdekaan yang dalam perayaan nanti akan diwakili oleh anggota keluarga mereka, serta sumbangsih para pahlawan olah raga yang berkontribusi mengharumkan nama bangsa dan negara.
“Mereka hanya berpikir dan berupaya bagaimana Indonesia semakin maju dan gemilang, tanpa mempermasalahkan perbedaan yang ada.”
Selain itu sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, akan hadir pula para perwakilan kaum difabel. Sementara itu, hidangan nasional khas Imlek yang disediakan, berasal dari para pengusaha mikro kecil menengah Indonesia Tionghoa.
Kehadiran mereka menurut Sulistiyanto dapat menggambarkan komitmen persatuan yang berpadu dengan kepedulian, di mana Indonesia yang maju diperuntukkan bagi seluruh komponen bangsa. Sementara tradisi yang menyertai perayaan Imlek tetap lestari, menjadi bagian budaya Indonesia.
Contohnya, saat Presiden RI dan keluarga mengenakan busana tradisional Tionghoa, cheongsam, buah karya perancang Anne Avantie, sementara jajaran panitia tampil dengan busana tradisional daerah Nusantara lainnya.