Kehilangan Kedua Tangan karena Ledakan Bom, Young Sik Tetap Semangat Jalani Hidup

Setiap pagi Young Sik pergi ke hutan untuk memanjat pohon. Ia mencari buah-buahan untuk dijual. Namun, ketika diperhatikan ternyata ia adalah penyandang disabilitas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Jan 2020, 15:16 WIB
Ilustrasi Foto Bom Rakitan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Setiap pagi Young Sik pergi ke hutan untuk memanjat pohon. Ia mencari buah-buahan untuk dijual. Young Sik adalah penyandang disabilitas.

Kedua tangan Young Sik tidak sempurna. Ia tak memiliki jemari tangan. Walau demikian, pria paruh baya ini mampu memanjat pohon setinggi 30 meter dengan bantuan tali.

Seperti tampak dalam tayangan SBS What On Earth, pria asal Korea Selatan ini menghabiskan masa hidupnya sendirian. Setiap hari, setelah memanjat pohon, ia bergegas pergi ke tempat daur ulang. Walau tangannya tidak sempurna tapi mengemudi bukan lah hal yang sulit baginya.

Pria kurus ini bekerja sebagai tukang reparasi dan daur ulang alat-alat elektronik atau benda lainnya. Dengan lihai ia membongkar lemari es, membuka mur, memaku, memalu, mengelas, dan mengebor. Pekerjaan ini sudah dilakukan sejak 15 tahun terakhir.

"Memang benar konsdisi fisik saya bukan yang terbaik tapi saya melakukan hal-hal seperti orang yang tidak cacat. Dan saya sangat bangga pada diri saya sendiri,” katanya pada SBS What On Earth.


Tragedi Bom di Danau

Foto tangkapan layar Youtube SBS What On Earth

Keadaan tangan yang tidak sempurna tidak ia alami sejak lahir. Kondisi itu akibat tragedi nahas yang takkan bisa dilupakan.

Di usia 14 tahun, seperti hari-hari biasanya ia bermain di danau dekat rumah. Kala itu, ia menyentuh benda asing di dasar danau dan tak lama kemudian benda itu meledak.

Akibat ledakan tersebut, kedua tangannya hancur. Wajah, dada, dan pahanya pun terluka berat. Young Sik dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan operasi transplantasi.

Tak hanya itu, ledakan yang dialami pun merenggut penglihatan mata kiri.

Pria berkacamata ini sempat dikucilkan dan terpuruk. Namun, sesegera mungkin ia bangkit dan kembali menjalani hidup. Walau hidup sebatang kara, ia tetap menghargai dan memaknai kehidupan dengan giat bekerja tanpa bergantung pada siapa pun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya