Survei: Sebut Pipi Tembem Sudah Dianggap Body Shaming

Selain pipi tembem, perempuan juga menganggap komentar tentang berat tubuh sebagai bagian dari body shaming.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 24 Jan 2020, 06:04 WIB
Ilustrasi pipi tembem. (dok. Photo by Alex Blăjan/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Lain generasi ternyata punya persepsi berbeda dalam mengartikan body shaming alias mempermalukan kondisi tubuh seseorang. Berdasarkan hasil survei yang dirangkum dalam ZAP Beauty Index 2020, lebih dari separuh perempuan Indonesia, yakni 62,2 persen, mengaku pernah mengalami situasi tersebut.

Yang paling sensitif terhadap isu body shaming adalah Generasi Y, usia antara 23--38 tahun, dan Generasi Z, 13--22 tahun. Persentasenya terbilang imbang, di atas 62 persen. Sementara, perempuan Generasi X yang berusia 39--65 tahun hanya 36,3 persen yang mengaku pernah jadi korban body shaming.

"Body shaming itu ada pengaruh juga dari socmed, beauty influencer. Mereka banyak berperan membentuk kondisi psikologi, terutama untuk generasi muda," kata Yosanova Savitry, Chief Operation Markplus Institute, di Jakarta, 22 Januari 2020.

Berdasarkan survei yang melibatkan 6.460 responden itu, hampir separuh perempuan mengaku jadi korban body shaming, lantaran dikomentari tubuhnya terlalu berisi. Jumlahnya mencapai 47 persen.

Sebanyak 36,4 persen lain menganggap dilecehkan gara-gara persoalan jerawat. Sementara, 28,1 persen responden perempuan menganggap mendapat body shaming karena bentuk pipi yang tembem.

Sisanya, persepsi body shaming juga terjadi karena dikomentari warna kulit yang gelap dan tubuh terlalu kurus. "Berbeda dengan Gen X dan Gen Y yang kebanyakan mengalami body shaming karena tubuh berisi, masalah utama Gen Z adalah lebih pada kulit berjerawat," ujar Nova.

Beda persepsi tentang body shaming memengaruhi cara sebuah generasi merawat diri. Meski secara umum seluruh generasi menganggap mereka yang cantik adalah memiliki wajah glowing dan cerah, Generasi Z punya perhatian khusus kepada jerawat.

"Makanya, Gen Z lebih banyak yang ambil perawatan jerawat," katanya lagi.

Hal itu diakui pula oleh Nicky Music, seorang beauty influencer. Mahasiswa ini menyebut generasinya makin sadar tentang perawatan kulit lantaran makin kompetitif. "No excuse buat jelek, even kita lagi capai atau lagi bad day," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Concealer dan Sheet Mask

My Concealer hadir untuk menjawab proses menyamarkan kulit secara optimal.

Temuan mengejutkan lain adalah soal produk kecantikan yang dipakai. Menurut Nova, penggunaan concealer oleh Gen Z ternyata tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan Gen X dan Y. "Mungkin karena untuk menutupi jerawat ya," ujar dia.

Selain itu, mereka juga lebih banyak menggunakan sheet mask. Menurut Nova, hal itu bisa terjadi karena Gen Z menginginkan cara instan mendapat kulit cerah karena setelah dipakai semalaman, efeknya diklaim langsung kelihatan.

Meski begitu, Nova tetap menganggap Generasi Z lebih bijak, lantaran mereka banyak mencari referensi perawatan kulit. Mereka juga berani meninggalkan bila ternyata rekomendasi dari beauty influencer yang diikuti tak cocok untuk diri mereka.

"Generasi muda lebih bijak. Kalau satu gagal, mereka akan cari cara yang lain. Banyak referensinya," kata Nova.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya