Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menanggapi momentum penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semakin meningkat belakangan ini.
Menurut Perry, hal itu dikarenakan pasokan valas dari para eksportir yang melimpah. Menurut catatan BI, pada 22 Januari 2020, rupiah menguat 1,74 persen (ptp) dibandingkan Desember 2019 lalu. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada 2019 yang tercatat 3,58 persen (ptp) atau 0,76 persen secara rerata.
"Penguatan Rupiah didorong pasokan valas dari para eksportir serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (22/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Lanjut Perry, struktur pasar valas juga semakin kuat ditandai dengan meningkatnya volume transaksi dan kuotasi yang lebih efisien, serta makin berkembangnya pasar DNDF yang kemudian mendukung peningkatan efisiensi pasar valas.
"Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar Rupiah sejalan dengan kondisi fundamental, semakin baiknya mekanisme pasar dan keyakinan para pelaku pasar terhadap kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah," imbuhnya.
Secara keseluruhan, BI menilai penguatan nilai tukar Rupiah memberikan dampak positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas," papar Perry.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Bakal Stabil di 2020
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah memprediksi kondisi kurs atau nilai tukar Rupiah akan stabil di 2020. Bahkan akan cenderung menguat.
Piter menjelaskan, kondisi tersebut sebagai salah satu dampak positif dari adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih akan terus berlangsung.
“Kondisi global karena ada perang dagang itu juga memunculkan peluang,” kata dia dalam acara Economy Outlook 2020, di Menara BCA, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Trade war yang berlarut-larut membuat pertumbuhan ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Untuk merespon hal tersebut, maka bank-bank sentral otomatis akan melonggarkan kebijakannya dengan cara menurunkan suku bunga acuan.
“Sehingga peluangnya di 2020 itu dengan lebih longgar tersebut maka kondisi likuiditas global lebih longgar. Ada peluang dana asing masuk ke kita,” ujarnya.
Dengan derasnya aliran modal asing masuk ke Indonesia, otomatis akan memperkuat posisi rupiah di pasar.
“Rupiah di tahun depan tekanannya berkurang,” ujarnya.
Advertisement