Liputan6.com, Palembang - Pabrik produksi Mi Sohun yang diduga tercampur kecoak di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel), jauh dari kesan higienis dan terawat.
Saat penggerebekan yang dilakukan Polsek Talang Kelapa, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banyuasin pada hari Rabu (22/1/2020), ditemukan bangkai kecoak di dalam adonan mi sohun berlabel Ayam Jago ini.
Baca Juga
Advertisement
Ketika awak Liputan6.com menelusuri proses pengolahan mi sohun pada hari Kamis (23/1/2020), kembali ditemukan hewan jenis bekicot yang tercampur dalam adonan mi sohun di ember.
Ember tersebut berada di dekat mesin penggiling di ruangan pengadon bahan baku mi sohun, yang berada di bagian belakang komplek pabrik. Adonan yang tercampur bekicot tersebut juga dikerubungi puluhan ekor lalat, yang mengendap dan terbang di atas ember.
SM (44), salah satu pegawai pabrik mi sohun Ayam Jago mengungkapkan, jika bahan adonan mi bihun yang terdapat bekicot tersebut, sudah tidak digunakan lagi.
"Semua bahan yang sudah diadon di ruangan ini, tidak bisa digunakan lagi. Karena usai penggerebekan dan penyegelan, kita tidak bisa memproduksi lagi," ucapnya.
Dia juga tidak membantah, jika banyak hewan-hewan yang berkeliaran di dalam ruang pengadon mi sohun di Kabupaten Banyuasin Sumsel ini.
Menurutnya, pabrik produksi mi sohun ini mulai beroperasi sekitar pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB.
"Kita kan bekerja cuma sampai sore saja. Mungkin saja kecoak itu berkeliaran di malam hari, jadi baru diketahui di pagi hari saat pegawai pengadon bahan kembali bekerja," ujarnya.
Dia juga mengakui jika produksi mi sohun yang berlokasi di Jalan Pangeran Ayin Kecamatan Talang Kelapa Banyuasin ini, menggunakan zat kimia berupa kaporit dan tawas.
SM sendiri bertugas di bagian pencetakan bahan adonan menjadi bentuk mi sohun basah. Dia juga yang turut membantu menjemur mi sohun basah, yang diletakkan di seng yang sudah dipotong sesuai ukuran.
Pria yang tinggal di kawasan Sako Kecamatan Sematang Borang Palembang ini, sudah hampir 37 tahun bekerja di pabrik milik AL di Kabupaten Banyuasin Sumsel ini.
"Kalau dibilang 25 tahun beroperasi, itu kurang tepat. Karena saya saja sudah berusia 44 tahun dan bekerja di sini sekitar 38 tahun yang lalu. Mungkin pabrik ini sudah beroperasi sekitar 40 tahunan," katanya.
Honor Pegawai Pabrik
SM turut menjelaskan bagaimana proses pembuatan mi sohun, hingga dipasarkan di beberapa daerah di Sumsel. Dalam satu hari, pegawai pabrik bisa memproduksi 40-100 ball.
Jumlah produksi mi sohun ini juga tergantung dari cuaca. Jika kondisi cuaca tidak hujan, mereka bisa memproduksi hingga 100 ball per hari. Namun ketika hujan turun, mereka hanya bisa memproduksi 40-50 ball per hari.
"Karena hasil akhir mi sohun tergantung dari penjemuran bahan di luar ruangan. Itu juga mempengaruhi proses pengadonan dan pencetakan mi sohun basah," katanya.
Sebagai pegawai bidang pencetakan, SM mendapatkan upah per minggunya sebesar Rp460.000. Sedangkan di bagian pengemasan, akan dibayar sekitar Rp4.000 per ball mi sohun setiap harinya. Dalam satu ball, ada sekitar 60 bungkus mi sohun label Ayam Jago yang siap dipasarkan.
AG mengungkapkan, pegawai pabrik mi sohun Ayam Jago, setiap hari pemilik pabrik yang berinisial AL, selalu mengontrol produksi mi sohunnya. Dia membenarkan jika pemilik pabrik mi sohun ini, berdomisili di Kota Palembang Sumsel.
"Memang tinggal di Kota Palembang, di kawasan Cinde. Setiap hari malah ke sini, saat penggerebekan di pagi hari, bos datangnya siang hari," ujarnya.
Advertisement
Harapan Karyawan
Seluruh petugas mendapatkan jatah libur kerja di hari Minggu dan libur nasional. Jika tidak, mereka masih terus bekerja dari pagi hingga sore hari.
AG yang ikut bekerja sejak tahun 2001 ini, mengharapkan jika penggerebekan ini tidak akan memengaruhi jadwal pencairan honor mingguannya.
"Semoga saja akhir minggu ini masih tetap gajian. Kita juga belum tahu mau berbuat apa, masih menunggu instruksi dari bos saja," katanya.
Jika nantinya kasus penyegelan pabrik mi sohun Ayam Jago ini berbuntut panjang dan tidak beroperasi lagi, AG dan beberapa karyawan hanya pasrah saja.
Dia hanya akan mengambil hikmahnya saja, yaitu dengan mengubah aktivitas yang monoton setiap hari selama 19 tahun ini.
"Mungkin akan ada perubahan dalam pekerjaan, jika tidak lagi bekerja di sini. Bisa saja ada kemajuan dari peluang lain, tidak monoton seperti ini saja," ucapnya.
Tonton video selengkapnya di bawah ini :