Liputan6.com, Jakarta - Hungaria menawarkan rencana untuk membangun sistem transaksi jalan tol tanpa henti atau Multi Lane Free Flow (MLFF) berbasis satelit di jalan tol Indonesia. Melalui sistem ini, pengguna til tak perlu lagi berhenti di gerbang tol untuk menempelkan uang elektronik di mesin pembaca.
Pemerintah RI melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menerima prakarsa proyek tersebut dari perusahaan Hongaria, Roatex Ltd Zrt dan telah disetujui sebagai pemrakarsa proyek sejak 31 Oktober 2019 lalu.
Baca Juga
Advertisement
Saat ini, Roatex Ltd Zrt sedang menyempurnakan studi kelayakan dan penyiapan dokumen badan usaha yang akan melaksanakan dan mengelola pembayaran non-tunai MLFF, paling lambat 31 Januari 2020.
Setelahnya, perusahaan tersebut bakal mengikuti proses lelang implementasi MLFF di gerbang jalan tol yang akan dimulai pada April 2020, dengan target pengumuman pemenang sudah keluar pada akhir 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Berbasis Satelit
Direktur Perumusan Kebijakan dan Evaluasi, Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR Hery Trisaputra Zuna mengatakan, perusahaan asal Hungaria tersebut menawarkan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) dalam pembayaran non-tunai di jalan tol.
"Jika dibandingkan dengan RFID (Radio Frequency Identification atau Pengenal Frekuensi Radio) yang telah diterapkan saat ini membutuhkan alat pembaca di setiap tempat. Tapi kalau satelit alat pembacanya tidak harus di setiap tempat, sehingga bisa lebih murah," jelas Hery dalam pernyataan tertulis, Jumat (24/1/2020).
GNSS merupakan sistem pembayaran yang menggunakan alat yang dipasang di mobil dan dibaca lewat satelit. Penggunaan GNSS banyak diterapkan di negara-negara Eropa Timur, termasuk Hungaria.
Advertisement
Bertahap
Meskipun begitu, Hery menyatakan penerapan teknologi nirsentuh (MLFF) pada gerbang jalan tol akan dilakukan secara bertahap dengan peralihan ke sistem RFID terlebih dulu.
"Kalau teknologi MLFF nanti semua kendaraan harus diregistrasi terlebih dulu, sehingga pada tahap awal akan dipakai dulu sistem RFID untuk meregister. Setelah semua 100 persen terdaftar baru pindah ke GNSS," ujar dia.