Bank Mandiri Kucurkan Kredit Rp 208,9 Triliun ke Sektor Infrastruktur

Kredit antara lain dikucurkan ke sektor tenaga listrik, transportasi, migas, energi terbarukan

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2020, 13:31 WIB
Nasabah bertransaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri di Mal Pondok indah 2, Jakarta. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Jakarta
Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit ke sektor infrastruktur mencapai Rp 208,9 triliun sepanjang 2019. Angka tersebut tumbuh 14, 6 persen secara year on year (YoY).
 
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar, dalam acara paparan kinerja di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020).
 
Dia menyebutkan kredit tersebut disalurkan ke beberapa sektor pembangunan infrastruktur. "Kredit tersebut disalurkan kepada berbagai sektor seperti tenaga listrik, transportasi, migas, energi terbarukan, dan lain-lain," kata dia.
 
Sedangkan untuk kredit korporasi kami tumbuh di kisaran 7,7 persen YoY dibanding tahun sebelumnya. Kemudian penyaluran kredit mikro naik 20,1 persen secara yoy.
 
"Sementara di kredit konsumer yang akhir tahun 2019 tumbuh 7,9 persen YoY, bisnis kartu kredit dan kredit kendaraan bermotor (auto loan) menjadi penyumbang terbesar dengan laju ekspansi masing-masing 20,1 persen YoY menjadi Rp 13,8 triliun dan 9,6 persen YoY menjadi Rp 34,6 triliun,” kata Royke.
 
Seiring keinginan perseroan mengoptimalkan fungsi intermediasi, Bank Mandiri juga menjaga komposisi kredit produktif seperti kredit investasi dan modal kerja, dalam porsi yang signifikan, yakni 77,4 persen dari total portofolio.
 
Pada akhir tahun lalu, penyaluran kredit investasi tercatat mencapai Rp282,6 triliun dan kredit modal kerja sebesar Rp330,3 triliun.  
 
Sementara itu, untuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR), pada sepanjang 2019, total KUR yang disalurkan mencapai Rp25,02 triliun, tumbuh 42,3 persen YoY atau mencapai 100,09 persen dari target tahun 2019 dengan jumlah penerima sebanyak 310.987 debitur.
 
"Dari jumlah tersebut, sebesar 50,10 persen disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi," ujarnya.
 
Di samping melalui program KUR, upaya Bank Mandiri membangun sektor riil juga diwujudkan melalui penyalurkan kredit UMKM  sebesar Rp.92,23 triliun pada akhir tahun lalu, tumbuh 9,85 persen secara yoy, kepada 928.798 pelaku UMKM. 
 
“Salah satu strategi kami dalam membangun sektor UMKM ini adalah dengan memanfaatkan value chain nasabah-nasabah wholesale, baik menjadi nasabah UMKM Bank Mandiri sendiri maupun menjadi target pasar hasil produksi nasabah UMKM Bank Mandiri,” dia menandaskan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 


Laba Bank Mandiri Capai Rp 27,5 Triliun Sepanjang 2019

Nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Pertamina UPMS III, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Mandiri membukukan laba bersih sebanyak Rp 27,5 tiriliun selama 2019. Angka tersebut tumbuh 9,9 persen dibanding tahun sebelumnya.

Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar menyebutkan capaian tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit konsolidasi yang sebesar 10,7 persen YoY (year on year) hingga mencapai Rp907,5 triliun pada akhir tahun lalu.

“Dari kucuran tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp59,4 triliun, naik 8,8 persen YoY dibanding tahun sebelumnya,” kata dia, dalam acara paparan kinerja keuangan, di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020).

Dia melanjutkan, seiring keinginan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan, Bank Mandiri berhasil memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio NPL gross turun 42bps menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember tahun lalu.

“Dampaknya, biaya CKPN pun ikut melandai sebesar -14,9 persen YoY menjadi Rp 12,1 triliun,” ujarnya.

Sementara itu, dia mengungkapkan konsistensi untuk mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dalam ekspansi serta inovasi layanan yang berkelanjutan melalui otomatisasi ataupun digitalisasi, menjadi kunci keberhasilan perseroan dalam melewati tahun 2019 yang diwarnai dengan persaingan ketat industri perbankan serta maraknya usaha pembiayaan berbasis digital.

“Dalam penyaluran kredit, misalnya, kami senantiasa berpatokan pada kajian sektor guideline dan assessment karakter perusahaan yang ketat untuk memastikan pemenuhan kewajiban oleh calon debitur. Kami juga berusaha menjaga komposisi portofolio segmen wholesale dan retail (bank only) yang saat ini di kisaran 65 persen dan 35 persen agar dapat memberikan return yang optimal,” ujarnya.

Selain itu, dia menjelaskan, portofolio perseroan (bank only) di segmen wholesale sampai dengan kuartal IV tahun 2019 mencapai Rp516,4 triliun atau tumbuh 9,3 persen YoY.

Sedangkan segmen retail sebesar Rp275,9 triliun, tumbuh 11,9 persen secara tahunan. Jika kredit korporasi menjadi penopang utama segmen wholesale dengan capaian Rp329,8 triliun, maka kredit mikro dan kredit konsumer menjadi andalan segmen retail dengan capaian masing-masing Rp123,0 triliun dan Rp94,3 triliun.

“Kredit korporasi kami tumbuh baik di kisaran 7,7 persen YoY dibanding tahun sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit mikro naik 20,1 persen secara yoy. Sementara di kredit konsumer yang akhir tahun 2019 tumbuh 7,9 persen YoY, bisnis kartu kredit dan kredit kendaraan bermotor (auto loan) menjadi penyumbang terbesar dengan laju ekspansi masing-masing 20,1 persen YoY menjadi Rp13,8 triliun dan 9,6 persen YoY menjadi Rp34,6 triliun,” kata Royke

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya