Liputan6.com, Jakarta Sampai saat ini, virus corona jenis baru yang menyebabkan pneumonia dan ditemukan pertama kali di Wuhan, Tiongkok belum ada obatnya. Gejala infeksi virus ini serupa flu pada umumnya, ditandai dengan demam dan sesak napas.
Penularan virus corona Wuhan terhitung cepat dan membuat negara lain termasuk Indonesia bersiaga. Lantas kapan seseorang harus mulai curiga?
Advertisement
Spesialis penyakit dalam hematologi onkologi Zubairi Djoerban menyampaikan, pengobatan yang dilakukan untuk mengurangi gejala saja.
"Kalau sudah ada kombinasi panas, batuk atau sesak itu kita harus mulai curiga. Apalagi punya riwayat perjalanan ke Wuhan selang 14 hari," jelas Zubairi saat konferensi pers di Kantor PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Gejala selama 2-14 hari muncul pasca paparan demam, batuk, pilek, sesak napas, dan nyeri otor. Diagnosis infeksi virus corona 2019-nCoV perlu disertai pemeriksaan rontgen dada yang akan menunjukkan apakah ada infiltrat pneumonia yang luas pada kedua paru.
Saksikan juga video berikut:
Pemeriksaan Dikirim ke Litbangkes
Dalam kasus penularan virus corona Wuhan, yang perlu diperhatikan, apakah pasien terduga (suspect) melakukan kontak langsung dengan penderita atau tidak. Terutama pada pasien yang mengalami gejala demam, batuk, atau sesak napas.
"Apakah punya riwayat kontak dengan pasien yg dipastikan sakit?" Zubairi menekankan.
Erlina Burhan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga menambahkan, untuk menegakkan diagnosis perlu pemeriksaan rutin di rumah sakit dengan ambil darah.
"Foto toraks harus ada lesi di dada (rontgen). Pembuktian dengan swab tenggorokan dan bahannya akan dikirim ke litbangkes," tambahnya.
Advertisement