Liputan6.com, Jakarta - Jahmuri asyik duduk di bangku plastik di pinggir Jalan Raya Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Bersama pedagang lainnya menjelang Imlek, lelaki berusia 65 tahun itu sedang menantikan pembeli bandeng yang ia jajakan.
Ini kali kesekian, lelaki yang tinggal di kawasan Rawa Belong itu berdagang bandeng. Jelang Imlek, para pedagang bandeng bermunculan di kawasan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Saya dagang bandeng setiap setahun sekali menjelang Imlek. Hanya bandeng yang dijual, kalau ikan lain mah nggak laku. Karena orang-orang carinya bandeng, bukan ikan lain," ujar Jamhuri.
Sejak beberapa hari lalu hingga Imlek, 25 Januari 2020, Jamhuri selalu berada di pinggir jalan itu untuk menjajakan bandeng-bandengnya. Ia satu dari 30 pedagang bandeng musiman di Rawa Belong. Mereka rata-rata memperoleh bandeng tersebut dari Muara Baru dan Muara Angke, Jakarta Utara.
"Sehari sekitar 50 ekor bandeng, kadang habis, kadang nggak. Tergantung ramai atau nggak pembelinya," ujar lelaki itu sambil membuka topi hitamnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Berbagi Rezeki
Sejak berdagang bandeng, Selasa pekan lalu, 14 Januari 2020, ia bisa menjual hingga 20-25 ekor dengan harga berbeda-beda.
"Kalau Rp100 ribu untuk bandeng dengan berat satu kilogram, sedangkan yang Rp200 ribu untuk bandeng dengan berat dua kilogram. Banyak juga pembeli nawar harganya. Ya, silakan aja," ucap Jamhuri.
Terkait harga tersebut, Maria, pembeli dari Ciputat, Tangerang Selatan, tak mau ambil pusing. Bagi perempuan berkacamata itu, ia tetap membeli bandeng sekalian berbagi rezeki.
"Di supermarket juga banyak yang jual bandeng. Tapi saya lebih memilih beli di sini karena sudah terkenal. Nggak apa-apa masalah harga, kita saling berbagi rezeki," kata Maria.
Advertisement
Tradisi Tionghoa dan Betawi
Para pembeli sangat beragam, mulai dari warga keturunan Tionghoa, tapi juga warga Betawi. Jamhuri menjelaskan, ada sejumlah warga Betawi yang membeli bandeng, meski mereka tak merayakan Imlek.
"Selain untuk dimakan sendiri, beberapa orang biasanya mengantarkan bandeng yang telah dibeli ke rumah mertua. Ya, agar lebih disayang mertua. Itu yang saya tahu," ujar Jamhuri.
Hal senada diungkapkan Maria. Ia juga tahu tradisi itu dijalani sejumlah warga Betawi. Ia senang dengan tradisi itu dan berharap bisa dilestarikan.
"Itu bentuk keragaman yang perlu dlestarikan. Artinya, ikan bandeng seakan menyatukan antara warga Betawi dan etnis Tionghoa. Kalau beberapa warga Betawi bandeng diantar ke rumah mertua, sedangkan warga Tionghoa bandeng jadi sajian saat makan bersama," kata Maria.
Sebelumnya, Maria tak tahu ada dua tradisi yang baik antara warga Tionghoa dan Betawi saat Imlek. Bagi dia, tradisi itu harus dilestarikan sebagai bentuk dari keragaman.
"Enak kalau hidup harmonis, saling membaur," tandas Maria.