Liputan6.com, Jakarta Tak hanya secara kesehatan, virus corona mulai berdampak terhadap kondisi perekonomian di China. Dampak langsung terlihat dalam penurunan arus penumpang transportasi darat, kereta api hingga udara.
Melansir laman CNBC, Senin (27/1/2020), para pejabat China mengindikasikan penyakit ini akan tetap menjadi masalah dalam waktu dekat. Dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus, pemerintah China pun meminta warganya untuk tinggal di rumah, membatalkan acara publik dan membatasi perjalanan.
Baca Juga
Advertisement
Imbas dari ini, Wakil Menteri Transportasi China Liu Xiaoming, melaporkan jika terjadi penurunan perjalanan oleh masyarakat pada hari pertama Tahun Baru Imlek, mencapai 28,8 persen dibandingkan tahun lalu.
Dengan rincian, perjalanan udara turun 41,6 persen, perjalanan kereta api sebesar 41,5 persen dan transportasi darat di jalan raya menurun 25 persen.
Pada hari Minggu, China Railway Chengdu mengumumkan akan menghentikan beberapa rute kereta api berkecepatan tinggi - termasuk beberapa dengan tujuan Shanghai - untuk beberapa hari ke depan, hingga awal Februari.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan China mengaku jika telah mengeluarkan 11,2 miliar yuan (USD 1,6 miliar) dalam bentuk subsidi untuk perawatan medis, pembelian peralatan dan upaya lain guna mengendalikan epidemi.
Tetapi perkembangan terakhir mengindikasikan gangguan terhadap kegiatan ekonomi ini mungkin hanya merupakan awal dari situasi jangka panjang.
Kekurangan Alat Medis
Selain sektor perjalanan, Virus Corona mendorong permintaan alat medis terkait penanggulangan wabah ini kekurangan pasokan. Seperti masker, alat tes virus hingga pakaian pelindung.
Pihak berwenang China telah menekankan perlunya penduduk setempat untuk mengenakan masker, dan bahkan telah mengenakan denda di beberapa tempat bagi mereka yang berada di ruang publik yang tidak mengenakannya.
“Kami menghadapi kekurangan pasokan karena permintaan yang melonjak,” ujar Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi, Wang Jiangping
Kekurangan pakaian pelindung dan masker wajah, terutama di Wuhan. Sebagai gambaran, sekitar 100.000 jas pelindung diperlukan sehari, namun kapasitas produksi harian hanya bisa mencapai puluhan ribu.
Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pasokan medis ini, Wang mengatakan 40 persen dari kapasitas produksi pabrik pembuat kembali dioperasikan secara keseluruhan, meskipun masih masa liburan Tahun Baru Imlek.
Advertisement