Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan, bakal memesan 100 mobil listrik. Nantinya akan dipakai oleh Menteri Budi Karya Sumadi dan jajarannya yang berada di esselon I dan II.
"Kementerian Perhubungan akan pesan 100 unit. Nantinya akan dipakai saya, jajaran di esselon I dan II," ungkap Menhub Budi Karya Sumadi, saat menghadiri peluncuran Grabcar Electrik powered by Hyundai, di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Senin (27/1/2020).
Bukan untuk kepentingan pribadi, mobil-mobil tersebut nantinya dioperasionalkan sebagai mobil dinas. Namun, Menhub Budi Karya enggan mengungkapkan bagaimana mekanisme pengadaan mobil listrik tersebut.
"Nanti, akan ada pembahasan lebih lanjut," ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Pemesanan itu dilakukannya untuk meningkatkan angka penggunaan kendaraan listrik yang hingga saat masih sangat minim penggunanya di Indonesia. Padahal, pemerintah memiliki target penggunaan mobil listrik di 2025 sebanyak 2 juta unit.
"Pengguna kendaraan listrik di Indonesia kurang dari 5 persen, maka dari itu kita tengah berupaya meningkatkannya. Salah satu cara mulai dari para pejabat di Indonesia yang mengganti kendaraannya ke kendaraan listrik," katanya.
Lalu, diawali juga dengan kendaraan-kendaraan angkutan massal yang sudah diprospek untuk berbahan bakar listrik.
Tidak hanya itu, Menteri Budi yang juga meminta pihak PLN bisa lebih banyak menghadirkan Stasiun Pengisian Kendaraam Liatrik Umum (SPKLU).
"Titik-titik stasiun pengisiannya juga harus diperbanyak, supaya masyarakat bisa tahu secara pasti, jika pakai mobil listrik tidak susah pengisian dayanya," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indonesia Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik pada 2023
Indonesia akan menjadi produsen terbesar baterai kendaraan listrik di dunia pada 2023. Cara yang bisa dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan membangun industri pengolahan dan pemurnian nikel di dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini proses hilirisasi nikel sudah berjalan. Puncaknya Indonesia akan mengolah nikel menjadi baterai kendaraan listrik pada 2023.
"kita sudah sampai ke nikel jadi metal. Kita akan kejar sampai baterai di 2023. Jadi sedang kita kerjakan sekarang ini. Kita sudah masuk stainless steel, masuk carbon steel. Baterai 2023 masuk," kata Luhut, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Kebutuhan baterai kendaraan listrik akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pemakaian kendaraan listrik dan kebijakan Uni Eropa yang menghentikan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil pada 2025.
Kondisi ini harus menjadi peluang bagi Indonesia menguasai pasar baterai kendaraan listrik dunia dengan menerapkan hilirisasi nikel untuk memproduksi baterai listrik di dalam negeri.
"Saya jalan keliling cari tahu baterai lithium kapan selesai. Dari pembicaraan saya dengan VW dengan Mercedes dengan BMW, dan Korea, mereka bilang belum ada 15-20 tahun ke depan yang menggantikan efektifitas lithium baterai. Apa artinya kita harus cepat," tutur Luhut.
Advertisement