Nasihat Miliarder Jeff Bezos bagi yang Ingin Memulai Bisnis

Banyak uji coba di awal bisnis yang gagal. Namun kegagalan besar dikatakan adalah bagian penting dari perjalanan menuju kesuksesan.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Jan 2020, 21:00 WIB
Jeff Bezos (AP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta Miliarder terkaya pertama di dunia Jeff Bezos, memiliki pesan bagi pengusaha pemula. Pesannya, bersiaplah untuk mengambil risiko besar dan gagal saat memulai bisnis.

"Ambil risiko. Anda harus mau mengambil risiko. Jika memiliki ide bisnis tanpa risiko, itu mungkin sudah dilakukan, Kamu harus memiliki sesuatu yang mungkin tidak berhasil. Dalam banyak hal, ini akan menjadi eksperimen," ujar Bezos, seperti melansir laman Enterpreneur.com, Senin (27/1/2020).

Menurutnya, banyak uji coba di awal bisnis yang gagal. Namun kegagalan besar dikatakan adalah bagian penting dari perjalanan menuju kesuksesan.

"Kami mengambil risiko setiap saat, kami berbicara tentang kegagalan, Kita perlu kegagalan besar untuk menggerakkan jarum. Jika tidak, kita tidak cukup berayun. Kamu benar-benar harus berayun keras, dan kamu akan gagal, tapi tidak apa-apa," ujar dia.

Dia bercerita mendirikan Amazon pada tahun 1995 dengan hanya 10 karyawan. Namun kini, dia mampu mengubahnya menjadi salah satu perusahaan publik paling berharga di dunia.

Kini Amazon memiliki nilai kapitalisasi pasar hampir USD 860 miliar atau Rp 11,7 kuadriliun ( USD 1= Rp 13.608).

Pesan dia lainnya, bahwa selain berani mengambil risiko dan gagal, pengusaha juga harus bersemangat. Karena, dalam mendirikan bisnis tentunya akan mengalami persaingan. "Kamu akan bersaing dengan mereka yang bersemangat," tambah dia.

Di atas semua itu, pengusaha harus terobsesi dengan pelanggan. Maksud Bezos, hal yang paling penting adalah memuaskan pelanggan dengan menyenangkannya.

Tonton Video Ini


Miliarder George Soros Janji Kucurkan USD 1 Miliar buat Melawan 'Calon Diktator'

Miliarder sekaligus filantropis berpengaruh dunia, George Soros dalam agenda World Economic Forum 2019 (AFP/Fabrice Coffrini)

Miliarder George Soros berjanji menyisihkan USD 1 miliar (Rp 13,9 triliun) untuk mendanai jaringan baru guna mengantisipasi penyebaran tindak nasionalisme berlebih.

Pendaan ini dia ungkapkan saat Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WFE) di Davos, Swiss yang menjadi tempat para ekonom dunia banyak mengutuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Seperti mengutip Forbes, Sabtu (25/1/2020), miliarder kontroversial kelahiran Hungaria ini baru saja meluncurkan Open Society University Network (OSUN). Ini sebagai platform internasional yang mempelajari kemungkinan seluruh universitas yang ada di dunia bisa bergabung di dalamnya.

Soros mengatakan bahwa OSUN merupakan jaringan pendidikan inovatif yang sangat dibutuhkan dunia. Dia menambahkan, Open Society Foundation yang digawanginya pun akan memberikan sumbangan USD 1 miliar untuk mendirikan platform internasional tersebut.

Menurutnya, OSUN merupakan proyek terpenting dalam hidupnya melebihi Open Society Foundation, sebuah jejaring yayasan yang didirikannya pada 1993 dan telah menginvestasikan miliaran dolar ke proyek-proyek pro-demokrasi dan hak asasi manusia di seluruh dunia.

Saat berada di Davos, Soros juga mengkritik pedas beberapa pihak. Seperti Presiden Donald Trump yang dijulukinya penipu dan super narsis, serta Facebook dan para pemimpin dari China dan India.

"Saat fantasinya (Trump) menjadi presiden tercapai, sifat narsismenya berkembang jadi haus kekuasaan. Dia telah melampaui batas kepresidenan yang ditetapkan oleh konstitusi, untuk itu ia telah dituntut," kata Soros beberapa hari pasca Donald Trump berbicara di WFE.

Dia lantas turut menyuarakan kepedulian terhadap pemilihan presiden AS dan pengaruh yang dimiliki Facebook.

"Facebook akan berkoordinasi untuk mengangkat kembali Trump. Sebaliknya, Trump akan melindungi Facebook. Situasi itu tak bisa diubah, dan membuat saya sangat prihatin terhadap hasil di 2020 ini," ungkapnya.

Kritikan selanjutnya dia lemparkan kepada Perdana Menteri India Narendra Modi. Soros menyatakan tindakan Modi sebagai kemunduran paling menakutkan dalam pertempuran masyarakat melawan calon diktator.

"Narendra Modi yang terpilih kemudian menciptakan India sebagai negara Hindu nasionalis, memaksakan pemberian hukuman di Kashmir yang jadi wilayah semiotonom Muslim, dan mengancam akan mencabut kewarganegaraan pada jutaan penduduk di sana," tutur Soros.

Beralih ke Eropa Barat, Soros tampaknya mengakui bahwa pertempuran mempertahankan Inggris di Uni Eropa telah berakhir. Pernyataan tersebut seolah kekalahan baginya, lantaran ia telah menyumbang USD 500 ribu kepada kelompok anti Brexit (British Exit).

"Pertarungan untuk mencegah Brexit berakhir dengan kekalahan telak. Pertempuran itu berbahaya baik bagi Inggris dan Uni Eropa," tukas Soros.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya