Liputan6.com, Jakarta - Tunawisma di Indonesia sering kita lihat umumnya menghabiskan malam dengan tidur di area pertokoan yang tutup atau di dekat gerobak milik mereka. Tak bicara soal kenyamanan, ada ruang untuk tidur mungkin sudah kabar baik bagi mereka.
Dilansir dari intelligentliving.co, Selasa, 28 Januari 2020, dua siswa Sekolah Menengah Macdonald, Kanada, yaitu Adrianna Vutrano dan Pasha Jones membuat rumah portabel untuk tunawisma.
Ide ini tak sekadar muncul begitu saja. Keduanya terpikir menciptakan rumah tersebut karena kejadian nahas yang menimpa salah seorang paman mereka. Keduanya berniat memberikan sedikit bantuan untuk para tunawisma.
Baca Juga
Advertisement
"Paman saya benar-benar mati di jalanan. Karena penyakit mental, ia menjadi tunawisma dan mulai hidup di jalanan," jelas Jones.
Dua remaja berusia 15 tahun itu berniat baik untuk menciptakan tempat tidur yang nyaman bagi mereka yang tidak punya rumah untuk pulang. "Kami ingin membuat sesuatu yang bisa mereka gunakan yang benar-benar dapat membantu mereka tetap aman di jalanan tanpa harus menggunakan tempat berlindung," sambungnya.
Ide baik yang mereka buat itu juga bagian dari pameran sains di sekolah mereka, di mana semua siswa harus menemukan sebuah ide dan mempresentasikannya. Vutrano dan Jones berhasil menarik simpati para juri di pameran sains tersebut. Keduanya pergi ke New Brunswick, untuk menunjukkan penemuan mereka di Canada-Wide Science Fair.
Tak sedikit tunawisma yang memutuskan untuk melewati malam dingin dan tidur di jalanan daripada pergi ke pengungsian, Jones berpendapat hal ini juag pengaruh dari kondisi mental mereka. "Tidak semua orang akan memilih untuk pergi ke tempat penampungan," tambah Jones.
Dengan rumah portabel yang bisa dibawa seperti tas ransel, para tunawisma bisa meminimalisir kondisi kesehatan dan fisik mereka dengan beristirahat dengan nyaman di malam hari.
Rumah portabel seberat 2 kilogram ini juga dibuat dengan bahan yang mudah didapat. Vutrano dan Jones mendapatkan bahan-bahan A Portable House seperti hula hoop dan terpal di toko perangkat keras di daerah mereka.
"Ini seperti akordeon. Itu kontrak dan berkembang. Mengembang hingga sekitar enam kaki," jelas Vutrano.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Hangat di Musim Dingin, Nyaman di Musim Panas
Rumah portabel dilapisi dengan selimut ruang yang membuatnya hangat selama musim dingin. "Di musim dingin, di dalam enam sampai tujuh derajat lebih hangat," kata Vutrano.
Selama musim panas, pengguna dapat membalik rumah portabel terbalik sehingga selimut ruang di atas. Hal itu membuat matahari akan memantulkan selimut ruang dan itu membuat di dalam terasa sejuk.
Para remaja pergi ke jalan-jalan di Montreal untuk menguji kreasi mereka dan memastikan itu layak. "Kami menguji di luar pada cuaca nol derajat dan kami tinggal sepanjang hari. Ini sangat nyaman," kata Jones.
Sekarang Vutrano dan Jones mencari mitra untuk bekerja sama, seperti lembaga pemerintah atau perusahaan. Mereka berniat memproduksi prototipe secara massal.
Mereka memperkirakan bahwa biayanya sekitar 10 dolar AS atau setara dengan Rp136 ribu. "Kami hanya membutuhkan seseorang yang dapat membantu kami membuatnya dalam jumlah banyak," jelas Jones.
Para siswa sekolah menengah berharap bahwa suatu hari mereka akan melihat para tunawisma menggunakan penemuan mereka di jalan-jalan di Montreal. (Adhita Diansyavira)
Advertisement