Liputan6.com, Tasikmalaya Penemuan DS (13), jenazah siswi SMPN di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam gorong-gorong depan sekolah, masih menyimpan misteri. Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan autopsi secara lengkap untuk mengungkap kasus menghebohkan tersebut.
"Jadi untuk sementara ini kita belum bisa memastikan, apakah itu korban kejahatan atau meninggal biasa," ujar Kapolres Kota Tasikmalaya AKBP Anom Karibianto, saat mendatangi kamar jenazah RSUD Soekardjo, Tasikmalaya, Selasa (28/1/2020).
Menurutnya, pengungkapan kasus tersebut membutuhkan hasil uji autopsi secara lengkap, kondisi jenazah siswi SMP yang sudah membusuk, menyulitkan proses pemeriksaan secara medis tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Nanti seluruhnya akan menganalisa hasil-hasil yang ditemukan dari dalam tubuh korban," kata dia.
Selain itu, hasil autopsi yang telah dilakukan petugas, disesuaikan dengan temuan di lokasi kejadian, saat pertama kali korban ditemukan.
"Kemudian mencari bukti, juga mencari saksi-saksi, menyesuaikan adakah kesesuaian dengan ketiga rangkaian tersebut," kata dia.
Ihwal ditemukannya ikatan seutas tali dari salah satu tangan korban, Anom menyatakan hingga kini belum bisa memastikan kaitannya dengan penyebab kematian korban.
"Nanti dokter yang akan mengonfirmasi semua, apakah ada tanda kekerasan, penyebab kematiannya bagaimana," ungkap dia.
Saat pertama kali ditemukan, ujar dia, jenazah ditemukan dalam keadaan utuh. Hal ini sekaligus membantah dugaan informasi media sosial (medsos), yang menyatakan kondisi tubuh korban dalam keadaan tidak utuh.
"Jadi tidak benar, jika korban dimutilasi kemudian diambil organ tubuhnya," dia menegaskan.
Untuk mengungkap kasus itu, lembaganya telah memeriksa enam saksi, yang kemudian disesuaikan dengan fakta di lokasi penemuan jenazah siswi SMP itu.
"Beberapa barang bukti yang diamankan yakni tas korban berisi buku-buku, sepatu kemudian pakaian," ujar dia.
Korban Membusuk
Dokter Forensik Polda Jabar, Dokter Fahmi Arief Hakim, menyatakan, kondisi tubuh korban ditemukan dalam keadaan mulai membusuk, sehingga menyulitkan proses autopsi.
"Kurang lebih kalau kita lihat antara dua sampai tiga hari, melihat kondisi busuknya korban," ujar dokter Rumah Sakit Sartikan Asih itu mengungkapkan.
Menurutnya, kondisi tubuh korban yang tidak ideal itu, menyulitkan petugas dalam mengidentifikasi luka-luka, termasuk menemukan adanya bekas tanda kekerasan yang dialami korban.
"Sehingga untuk memastikan ada atau tidaknya kekerasaan ini, kita harus konfirmasi lagi dengan pemeriksaan, seperti rekonstruksi," kata dia.
Saat pertama kali autopsi dilakukan, beberapa bekas luka pada korban sulit diindentifikasi akibat kondisi tubuh korban yang telah membusuk.
"Mungkin saja sebelumnya ada (tanda kekerasan), karena pembusukan akhirnya hilang, perlu konfirmasi dengan pemeriksaan mikroskofis," kata dia.
Fahmi menyatakan, dengan kondisi korban demikian, hingga kini lembaganya belum bisa menyampaikan secara jelas, poin apa saja yang ditemukan dari hasil autopsi tersebut.
"Tetapi secara garis besar semua standar pemeriksaan sudah dilakukan," ujar dia.
Advertisement
Kejar Penyebar Hoaks
Anom menegaskan, penyebaran berita hoaks alias bohong, yang menyatakan kondisi tubuh korban sudah dalam keadaan tidak utuh, tidak benar.
"Jadi korban semua anggota tubuhnya lengkap, tidak benar korban dimutilasi kemudian diambil organ tubuhnya, sekali lagi itu tidak benar," ujar dia.
Menurutnya, penyebaran informasi itu cukup meresahkan masyarakat, terlebih para pelajar yang merasa terganggu dengan penyebaran berita bohong itu.
Saat pertama kali ditemukan di dalam gorong-gorong depan sekolah, ujar dia, korban DS, (13) siswi pelajar SMPN di Kota Tasikmalaya, Jumat pekan lalu, dalam keadaan tubuh lengkap.
"Nanti siapa yang menyebarkan hoaks itu akan kita identifikasi," ujarnya.
Namun meskipun demikian, lembaganya masih fokus melakukan penyelidikan untuk mengungkap secara gamblang kejadian korban tersebut.
"Belum ada yang diperiksa, kita sekarang fokus pada masalah utamanya yakni ditemukannya mayat," kata dia.
Simak video pilihan berikut ini:
Baca Juga