Rawat Pasien Infeksi Virus Corona, Tenaga Kesehatan di Wuhan Terpaksa Pakai Popok

Para tenaga medis di Wuhan harus bekerja ekstra untuk merawat para pasien yang terinfeksi virus corona

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Jan 2020, 18:02 WIB
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020. (Source: AP)

Liputan6.com, Jakarta Ribuan pasien virus corona dirawat di Wuhan. Kejadian ini membuat para tenaga medis di rumah sakit harus bekerja ekstra dalam menangani pasien.

Beberapa tenaga medis bahkan dilaporkan harus mengenakan popok karena mereka tidak punya waktu untuk pergi ke toilet. Selain itu, pekerja lain juga melakukan itu agar tidak perlu melepas pakaian pelindung dan berpotensi merobeknya.

"Kami tahu bahwa pakaian pelindung yang kami kenakan bisa menjadi yang terakhir kami miliki dan kami tidak bisa membuang apa pun," kata seorang dokter di akun Weibo-nya, dikutip dari The Independent pada Rabu (29/1/2020).

The Washington Post melaporkan, isolasi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok membuat pasien yang mencari perawatan di rumah sakit menumpuk. Selain itu, suplai perlengkapan kesehatan juga semakin sedikit.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Kesehatan Mental para Dokter

Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Media Tiongkok, The Paper melaporkan, selain pakaian pelindung, pasokan peralatan seperti masker bedah dan kacamata juga menipis.

Selain itu, penumpukan pasien juga membuat kesehatan mental para staf medis terganggu. Termasuk kekhawatiran para dokter akan infeksi virus tersebut pada diri mereka sendiri.

Terapis Candice Qin di Beijing mengatakan bahwa dia sempat berbicara dengan seorang dokter yang terkena infeksi dari seorang pasien. Kondisi itu membuatnya tertekan dan mengisolasi diri di apartemennya karena perasaan tidak berdaya dan kesepian.

"Saya pikir ini merupakan tekanan bagi setiap dokter dan perawat di Wuhan, baik secara fisik maupun mental," kata Qin seperti dikutip dari Business Insider.

"Kita tahu bahwa pasien khawatir, tetapi kita juga harus ingat bahwa dokter juga manusia," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya