Liputan6.com, Jepang - Pada Minggu 26 Januari 2020, China mengumumkan larangan perjalanan keluar negeri sebagai bagian dari perjuangannya untuk menghentikan penyebaran Virus Corona Wuhan.
Dilansir CNN, virus itu telah menewaskan 132 orang dan menginfeksi 5.974 di negara China. Mencapai 6.000 lebih kasus mencakup sejumlah negara yang terkena wabah Virus Corona Wuhan.
Advertisement
Hal ini menyebabkan kekacauan bagi agen perjalanan di Tokyo yakni Kamome. Agen ini berspesialisasi untuk tur wisatawan Tiongkok.
Agen perjalanan Kamome saat ini sudah menerima lebih dari 20.000 pembatalan terkait Virus Corona Wuhan.
Pembatalan terjadi karena pelanggan paket tur perusahaan China membatalkan semua perjalanan ke Jepang hingga 10 Februari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bukan Pertama Kali
Jepang telah menerima sekitar 9,6 juta pengunjung dari China pada 2019.
Banyak spekulasi yang berkembang di masa konsekuensi larangan perjalanan yang terjadi pada industri pariwisata dan ekonomi Jepang.
“Kami prihatin dengan penurunan wisatawan Tiongkok. Kami tidak dapat melihat hasilnya karena tergantung pada berapa lama kebijakan (China) berlangsung,” kata juru bicara Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), Shiho Himuro, dikutip dari CNN.
Ini bukan pertama kalinya staf di Kamome berurusan dengan kekacauan pembatalan paket tur. Kembali pada tahun 2003, sindrom pernafasan parah yang fatal (SARS) - yang pertama kali muncul di China selatan - juga memicu serangkaian pembatalan paket tur di Jepang.
“Kami hanya berharap bahwa situasi ini dapat diselesaikan dengan cepat,” kata juru bicara Hankyo Travel International, agen perjalanan utama Tokyo.
Advertisement
Hubungan China-Jepang Membaik
Meskipun sering terjadi pertengkaran diplomatik antara China dan Jepang yang menjadi berita utama, dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak orang China yang berkunjung ke Jepang untuk liburan.
Hal itu telah mengubah sikap, selera, dan kebijakan luar negeri. Tak hanya itu, di seluruh penjuru Tokyo, pengumuman di stasiun kereta api dan department store juga dipublikasikan dalam bahasa China.
Pencairan hubungan Beijing-Tokyo yang luar biasa terjadi pada 2018 ketika Perdana Menteri China, Xi Jinping, dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengadakan komunikasi lewat telepon untuk pertama kalinya guna membahas denuklirisasi Semenanjung Korea.
Para peneliti juga mengatakan bahwa kesan China tentang Jepang dan orang-orangnya berubah.
Banyak orang yang memberi pandangan yang menguntungkan Jepang setelah mengunjungi negara itu.
Reporter: Deslita Krissanta Sibuea