Liputan6.com, Jakarta - Kota umumnya dipadati dengan bangunan dan gedung-gedung tinggi. Namun, ada kota di Meksiko penuh dengan pohon, sehingga tak heran kota yang terletak di Cancun, Meksiko ini disebut Smart Forest City.
Dilansir dari intelligentliving.co, Rabu, 29 Januari 2020, kota hutan ini merupakan rencana kota berkelanjutan yang dirancang oleh perusahaan arsitektur Stefano Boeri Architetti yang berbasis di Milan, Italia.
Stefano Boeri telah merancang rencana untuk kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Cancun, Meksiko. Dijuluki 'Kota Hutan Pintar Cancun', proyek perkotaan berkelanjutan ini diharapkan akan semakin dikembangkan di masa depan.
Dibuat oleh Grupo Karim, sebuah perusahaan real estate dan tekstil dari Honduras dan juga membuat rencana alternatif untuk distrik perbelanjaan di kota tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Rencana yang diusulkan untuk kota itu adalah agar kota itu 100 persen berkelanjutan. Selain itu kota ini diharapkan dapat menghasilkan makanan dan energi untuk sekitar 130.000 penduduk.
Arsitek lanskap dan ahli botani, Laura Gatti telah menghabiskan waktu memilih dan merancang Smart Forest City. Desainnya meliputi 7,5 juta tanaman yang akan mencakup 400 dari 557 hektare.
Dari 7,5 juta tanaman tersebut, 260.000 di antaranya adalah pohon dengan sisanya merupakan campuran semak-semak. Kota ini juga disebut-sebut mampu menyerap 116.000 ton karbondioksida per tahun.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Bentuk Kota Hutan
Smart Forest City memiliki atap hijau bersama dan tanaman hijau yang tumbuh di sisi bangunan. Perusahaan juga menjelaskan bahwa antara alam atau kawasan hijau dan penduduk akan menciptakan keseimbangan untuk penyerapan karbon.
Air juga menjadi hal yang diperhatikan dalam proyek ini. Mereka berencana mengumpulkan air di sebuah bak besar di dekat pintu masuk kota. Mereka akan membangun menara desalinasi yang terletak di sana juga.
Hal ini membantu tanah memiliki mineral yang cukup untuk digunakan mengairi tanaman pangan. Air kemudian akan didistribusikan melalui kanal-kanal yang akan mengalir ke seluruh kota yang dihubungkan oleh pipa maritim bawah tanah. Banyak kebun juga akan ditempatkan secara strategis untuk membantu jika terjadi banjir.
Perusahaan asal Jerman, Transsolar juga akan terlibat dalam proyek ini. Mereka akan membangun cincin panel surya di sekitar kota, yang akan dijadikan ladang pertanian kota itu sendiri. Rencananya kota ini akan memiliki ekonomi lingkaran skala penuh.
Termasuk juga rencana akan menjadi pusat penelitian lanjutan untuk keberlanjutan dan infrastruktur hijau yang cukup besar untuk menampung universitas, serta organisasi internasional.
Warga kota akan memarkir kendaraan mereka di luar kota. Begitu masuk, penghuni dianjurkan berjalan kaki atau bersepeda. Jika menempuh jarak yang agak jauh mereka dapat menggunakan kendaraan listrik dan transportasi umum. (Adhita Diansyavira)
Advertisement