Ini Alasan Punya 3 Anak Bikin Seorang Ibu Lebih Stres Ketimbang Jumlah Lainnya

Jumlah anak sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang ibu. Memiliki 3 anak membuat stres apa benar? Apa saja alasannya?

oleh Liputan6dotcom diperbarui 10 Feb 2020, 10:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Wanita akan berubah kepribadiannya saat sudah menikah dan menjadi seoarang ibu. Sifat keibuannya akan muncul dengan sendirinya saat memiliki anak. Menjadi seorang ibu berarti saatnya untuk wanita tidak lagi memkirkan dirinya sendiri melainkan mengurus anggota keluarganya yang lain.

Tak hanya itu, menjadi seorang ibu juga harus sanggup memenuhi kebutuhan dan keperluan anak. Setiap pagi seorang ibu pasti akan direpotkan dengan hal-hal yang dibutuhkan anak mereka. Seperti menyiapkan seragam sekolah, sarapan pagi, bekal untuk dibawa, peralatan sekolah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Maka dari itu tidak sedikit para ibu yang suka kewalahan atau sangat lelah dalam memenuhi kebutuhan anak. Jumlah anak yang dimiliki nyatanya sangat berpengaruh bagi psikis seorang wanita yang sudah menyandang status ibu.

Menurut informasi yang dilansir dari BrightSide memiliki tiga anak mampu membuat ibu jauh lebih stres dari jumlah lain. Kenapa? Ini dia alasannya:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini :


1. Menjadi Seorang Ibu Lebih Stres Daripada yang Terlihat

Kenali Emotional Eating Sebagai Pelarian di Kala Stres (Unsplash.com/Nick Karvounis)

Pada 2013, TODAY melakukan survei online tentang tingkat stres ibu dan alasannya, di mana ada 7.164 ibu yang berpartisipasi. Ternyata, rata-rata, pada skala 1-10, seorang ibu mengevaluasi tingkat stresnya 8.5 dan ada alasan di balik itu semua.

Alasannya, 5% para ibu mengatakan bahwa mereka merasakan penilaian dan tekanan untuk menjadi ibu yang sempurna dalam keluarga. Alasan lain termasuk kurangnya waktu untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan (60%), tetap bugar dan menarik (90%), dan stres yang disebabkan oleh pasangan mereka (46% melaporkan bahwa pasangan mereka penyebab lebih banyak stres daripada anak-anak mereka).


2. Banyak Ibu yang Mengakui Bahwa Transisi Tersulit Saat Mereka Memiliki 3 Anak

Ketahui pentingnya pendidikan seks pada anak yang disampaikan dr Boyke. (Sumber Foto: Mamiverse)

Anak-anak, tentu saja mempunyai kontribusi tersendiri terhadap stres yang dialami setiap ibu. Hasilnya menunjukkan bahwa puncak stres bagi seorang ibu adalah ketika jumlah anak mencapai tiga orang. Banyak Ibu yang melaporkan bahwa transisi dari satu anak ke anak kedua bukanlah tantangan yang sangat besar, tetapi ketika dua anak menjadi tiga, dunia berubah terbalik.

Contohnya cukup sederhana. Anda hanya memiliki dua tangan dan bersama dengan pasangan Anda juga berjumlah sama.  Seorang ibu mencatat bahwa pada dasarnya mereka tidak dapat memegang semua tangan anaknya untuk menyeberang jalan. Situasi ini tampaknya benar-benar di luar kendali dan akan memungkinan akan menambah tingkat stres seorang ibu.

Seorang blogger ibu anak tiga juga mencantumkan lebih banyak penjelasan tentang stres yang tumbuh bersama anak ketiga. Sebagai contoh, anak-anak menengah mendapatkan kesempatan, karena mereka tidak memiliki hak istimewa yang tertua untuk membantu dan melakukan segalanya terlebih dahulu, atau hak istimewa untuk mendapatkan semua perhatian seperti yang termuda. Selain itu, kecil kemungkinan ibu akan memutuskan film untuk ditonton atau permainan untuk dimainkan yang semua orang akan senang.


3. Jika Punya Lebih dari Tiga Anak, Ibu Mulai Lebih Santai

Ilustrasi Anak Terbanyak (sumber: brightside)

Menurut semua ini, memiliki lebih dari tiga anak seharusnya tidak mungkin ditangani. Tapi sepertinya, hal itu hanya isu belaka. Para Ibu juga mengakui bahwa ketika mereka memiliki empat anak atau lebih, itu menjadi masalah kelangsungan hidup tanpa tempat untuk perfeksionisme lagi. Dan sejak saat itu, mereka lebih mudah.

Pada titik empat anak, banyak ibu mulai baik-baik saja. Contohnya saat anak-anak mereka makan spidol, melompat di setiap kolam, dan makan pizza untuk makan siang, dan mereka tidak peduli dengan orang lain dan pendapat mereka. Saat itulah kehidupan akhirnya menjadi lebih baik.

Penulis :

Ayu Ester Simanjuntak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya