Liputan6.com, Jakarta: Gunung Padang adalah sebuah struktur punden berundak raksasa yang menutup lereng-lereng bukitnya dan dibuat dengan desain arsitektur kontruksi yang advance. "Ini setara dengan kontruksi bangunan Michu-Pichu di Peru," kata anggota Tim Terpadu Riset Mandiri Boediorto Ontowirjo, dalam siaran persnya, baru-baru ini.
Setelah melakukan riset, lanjut Boediarto, tim menyimpulkan tidak benar jika situs Gunung Padang hanya dianggap berada di atas bukit. Hasil survei dengan metode geolistrik, georadar, dan geomagnet menunjukkan ada geometri kontruksi bangunan di bawah situs Gunung Padang.
Menurut Boediarto, bangunan itu paling tidak menempati sekitar 15 meter bagian puncaknya. Sedangkan bangunan di bawah teras-teras Gunung Padang kelihatan mempunyai chamber-chamber besar (ditunjukkan oleh struktur veryhigh resistivity dari hasil survei geolistrik).
"Bagian kecil dari salah satu chamber yang berada di teras lima (bagian selatan Situs) ini sudah dibuktikan dengan pemboran. Ternyata memang benar sebuah rongga, tapi diisi oleh pasir (dengan butiran seragam), sepertinya untuk menyimpan sesuatu," ujar Boediarto.
Perkiraan umur Situs Gunung Padang di lapisan paling atas secara arkeologi (berdasarkan kesamaan bentuk artefak) diduga sekitar 2.800 SM. Dari penentuan umur absolut berdasarkan analisa carbon radiometricdating umur sampel serpihan karbon di bawah lapisan atas situs pada kedalaman 3-4 meter didapat umur maksimum (paling tua) 4.500 SM. Dengan kata lain perkiraan umur dari bangunan di lapisan atas adalah sekitar 2.800-4.500 SM.
Boediarto menambahkan, bangunan di bawah permukaan situs diduga kuat merupakan bangunan yang lebih tua. Soalnya hasil penentuan umur carbon radiometricdating dari sampel serpihan karbon yang terdapat pada pasir di rongga yang di-bor di Teras 5 tersebut, yaitu pada kedalaman antara 8-10 meter menunjukkan umur (maksimum) sekitar 10.500 SM.
Umur ini memang belum bisa dipastikan umur bangunannya karena bisa saja merupakan umur dari material pasir-nya itu (yang di bawah dari tempat lain). Tapi paling tidak umur ini sudah membuktikan bahwa lapisan batuan-tanah sampai kedalaman 15 meter adalah sebuah konstruksi bangunan bukan lapisan batuan alamiah (yang seharusnya berumur jutaan tahun berdasarkan data geologi di wilayah ini).
Menurut Boediarto, target ke depan tim akan melakukan analisis penentuan umur lapisan dan pemeriksaan lab dari materialnya. Termasuk untuk memastikan apakah situs Gunung Padang dan bangunan di bawahnya itu merupakan produk satu peradaban atau lebih dari satu peradaban yang kurun waktunya berbeda.
Target lain adalah melakukan survei analisis lanjutan untuk memvisualisasikan lebih jelas lagi arsitektur bangunannya, termasuk chamber-chamber yang ada di dalamnya dan juga melanjutkan membuka akses masuk.
Lalu mengeksplorasi lebih luas dan dalam lagi struktur bukit Gunung Padang karena berdasarkan survei pencitraan bawah permukaan yang sudah dilakukan ada indikasi bahwa struktur bangunan tidak terbatas hanya setinggi 15 meteran di bagian atasnya saja. Tapi sampai setinggi 100 meteran ke bawahnya (sampai level parkir-pintu masuk) atau bahkan sampai 300 meteran ke Level Sungai Cimanggu.
"Hal ini memang masih perlu survei yang lebih komprehensif, tapi kalau ternyata hal ini benar maka merupakan sesuatu yang "truly extraordinary," kata Boediarto.
Singkatnya, Situs Gunung Padang bukanlah produk artefak dari masyarakat purba yang masih primitif. Tapi merupakan produk dari peradaban tinggi atau merupakan bukti nyata Mahakarya Arsitektur dari zaman prasejarah Nusantara. "Jadi Gunung Padang dapat menjadi icon dan titik tolak untuk membuka lebih banyak lagi jejak peradaban nusantara yang gemilang di masa purba," tutup Boediarto.(ULF)
Setelah melakukan riset, lanjut Boediarto, tim menyimpulkan tidak benar jika situs Gunung Padang hanya dianggap berada di atas bukit. Hasil survei dengan metode geolistrik, georadar, dan geomagnet menunjukkan ada geometri kontruksi bangunan di bawah situs Gunung Padang.
Menurut Boediarto, bangunan itu paling tidak menempati sekitar 15 meter bagian puncaknya. Sedangkan bangunan di bawah teras-teras Gunung Padang kelihatan mempunyai chamber-chamber besar (ditunjukkan oleh struktur veryhigh resistivity dari hasil survei geolistrik).
"Bagian kecil dari salah satu chamber yang berada di teras lima (bagian selatan Situs) ini sudah dibuktikan dengan pemboran. Ternyata memang benar sebuah rongga, tapi diisi oleh pasir (dengan butiran seragam), sepertinya untuk menyimpan sesuatu," ujar Boediarto.
Perkiraan umur Situs Gunung Padang di lapisan paling atas secara arkeologi (berdasarkan kesamaan bentuk artefak) diduga sekitar 2.800 SM. Dari penentuan umur absolut berdasarkan analisa carbon radiometricdating umur sampel serpihan karbon di bawah lapisan atas situs pada kedalaman 3-4 meter didapat umur maksimum (paling tua) 4.500 SM. Dengan kata lain perkiraan umur dari bangunan di lapisan atas adalah sekitar 2.800-4.500 SM.
Boediarto menambahkan, bangunan di bawah permukaan situs diduga kuat merupakan bangunan yang lebih tua. Soalnya hasil penentuan umur carbon radiometricdating dari sampel serpihan karbon yang terdapat pada pasir di rongga yang di-bor di Teras 5 tersebut, yaitu pada kedalaman antara 8-10 meter menunjukkan umur (maksimum) sekitar 10.500 SM.
Umur ini memang belum bisa dipastikan umur bangunannya karena bisa saja merupakan umur dari material pasir-nya itu (yang di bawah dari tempat lain). Tapi paling tidak umur ini sudah membuktikan bahwa lapisan batuan-tanah sampai kedalaman 15 meter adalah sebuah konstruksi bangunan bukan lapisan batuan alamiah (yang seharusnya berumur jutaan tahun berdasarkan data geologi di wilayah ini).
Menurut Boediarto, target ke depan tim akan melakukan analisis penentuan umur lapisan dan pemeriksaan lab dari materialnya. Termasuk untuk memastikan apakah situs Gunung Padang dan bangunan di bawahnya itu merupakan produk satu peradaban atau lebih dari satu peradaban yang kurun waktunya berbeda.
Target lain adalah melakukan survei analisis lanjutan untuk memvisualisasikan lebih jelas lagi arsitektur bangunannya, termasuk chamber-chamber yang ada di dalamnya dan juga melanjutkan membuka akses masuk.
Lalu mengeksplorasi lebih luas dan dalam lagi struktur bukit Gunung Padang karena berdasarkan survei pencitraan bawah permukaan yang sudah dilakukan ada indikasi bahwa struktur bangunan tidak terbatas hanya setinggi 15 meteran di bagian atasnya saja. Tapi sampai setinggi 100 meteran ke bawahnya (sampai level parkir-pintu masuk) atau bahkan sampai 300 meteran ke Level Sungai Cimanggu.
"Hal ini memang masih perlu survei yang lebih komprehensif, tapi kalau ternyata hal ini benar maka merupakan sesuatu yang "truly extraordinary," kata Boediarto.
Singkatnya, Situs Gunung Padang bukanlah produk artefak dari masyarakat purba yang masih primitif. Tapi merupakan produk dari peradaban tinggi atau merupakan bukti nyata Mahakarya Arsitektur dari zaman prasejarah Nusantara. "Jadi Gunung Padang dapat menjadi icon dan titik tolak untuk membuka lebih banyak lagi jejak peradaban nusantara yang gemilang di masa purba," tutup Boediarto.(ULF)