Liputan6.com, Jakarta - Nissan merencanakan pemotongan biaya operasional yang cukup besar, karena penurunan penjualan yang tidak terduga. Hal tersebut, karena strategi ekspansionis yang diwarisi oleh mantan ketua, Carlos Ghosn yang hingga kini masih buron.
Pembuat mobil terbesar kedua di Jepang ini, berencana untuk menghilangkan 4.300 pekerja kerah putih atau para profesional yang bekerja di kantor. Selain itu, Nissan juga berencana menutup dua manufaktur untuk menambah setidaknya biaya hingga US$ 4,4 miliar hingga 2023.
Baca Juga
Advertisement
Sumber yang dekat dengan kantor berita Reuters mengatakan, jika rencana ini akan mengurangi jajaran produksi mobil Nissan. Pemecatan juga akan memangkas pekerjaan sebagian besar di kantor pusat di Amerika Serikat dan Eropa, mengurangi iklan, dan anggaran pemasaran.
"Situasinya mengerikan. Itu dilakukan atau mati," seseorang yang dekat dengan manajemen Senior Nissan dan Dewan Perusahaan kepada Reuters.
Sebagian besar pemotongan yang direncanakan dan langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi disampaikan kepada Dewan Nissan, pada November.
Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:
Tolak Berkomentar
Sedangkan Juru Bicara Nissan Motor Co, menolak untuk mengomentari langkah-langkah restrukturisasi baru atau pandangan bahwa penjualan yang lebih lemah dari perkiraan, adalah katalis untuk perbaikan global.
Di bawah Ghosn, Nissan memulai ekspansi global, meningkatkan kapasitas untuk menambah model baru, mendorong lebih jelas ke pasar seperti India, Rusia, Afrika Selatan dan Asia Tenggara dan menghabiskan banyak uang untuk promosi dan pemasaran untuk mencapai target.
Advertisement