Viral Video China Bangun RS Virus Corona 57 Lantai Secara Kilat, Faktanya?

Video beredar di internet menyebut China selesai membangun RS dengan 57 lantai khusus Virus Corona. Faktanya?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Jan 2020, 15:34 WIB
Ekskavator dan truk dikerahkan untuk membangun rumah sakit untuk merawat pasien yang terjangkit wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Senin (27/1/2020). Rumah sakit tersebut memiliki luas 25.000 meter persegi dan akan dilengkapi dengan 1.000 tempat tidur. (Hector RETAMAL/AFP)

Liputan6.com, Wuhan - Video pembangunan Rumah Sakit khusus Virus Corona setinggi 57 lantai secara kilat di China beredar di media sosial. Video itu viral dan di-retweet ribuan orang.

Berikut videonya:

Video itu juga dikomentari mantan anggota DPR Budiman Sudjatmiko.

"Sialan, China! Dari problem ia ubah jadi peluang. Dari sentimen corona virus yang negatif, ia ubah untuk mempertontonkan pada dunia keunggulan teknik dan kelenturan birokrasi," ujar Budiman.

Namun, penelusuran Liputan6.com, Kamis (30/1/2020), video yang tersebar itu ternyata bukan RS khusus virus Corona Wuhan. Benar bahwa China membangun RS "kilat" untuk menampung pasien Corona, tetapi baru akan selesai pada 3 Februari mendatang.

Warganet Twitter lain menunjukan bahwa gedung 57 lantai itu bukanlah membangun rumah sakit, melainkan bangunan komersial. 

South China Morning Post melaporkan rumah sakit khusus ini juga tidak sampai 57 lantai, namun rencananya hanya dua lantai. Upah pekerja pembangunan RS itu juga ditambah hingga tiga kali lipat.

Menurut CGTN, Ada dua RS khusus Virus Corona yang akan dibangun. Yang pertama dibangun di Wuhan dengan luas 25 ribu meter persegi. Konstruksi mulai pada 25 Januari dan target beroperasi pada 3 Februari dengan kapasitas 1.000 tempat tidur. 

RS satu lagi juga berada di Wuhan untuk pasien virus Corona dengan kapasitas 1.300 tempat tidur. Lokasi pembangunannya lebih luas yakni 30 ribu meter persegi. RS ini mulai dikonstruksi pada 25 Januari dan targetnya beres pada 5 Februari.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Cerita WNI Wuhan: Jangan Percaya Hoaks, Doakan Kami

Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

WNI di Wuhan masih terjebak dan belum bisa pulang ke Indonesia. Hingga kini, pemerintah belum dapat memberi jadwal pasti kapan menjemput para WNI.

Kementerian Luar Negeri melalui KBRI sudah memberikan bantuan transfer dana kepada WNI di Wuhan. Harga bahan-bahan makanan dilaporkan mulai naik di sana dan banyak toko tutup. 

"Jadi sebenarnya secara makanan itu kita cukup dalam beberapa hari ke depan, kemudian bantuan KBRI sudah kita terima dalam bentuk transferan dana ke setiap mahasiswa," ujar Eva Taibe dalam live streaming ASCEE bekerja sama dengan PPI Tiongkok yang Liputan6.com ikut serta pada Rabu, 29 Januari 2020.

Eva mengaku mulai khawatir dengan kondisi di Wuhan karena tidak jelas sampai kapan lockdown akan berlangsung. Meski demikian, ia meminta agar warga di Indonesia tidak mudah termakan hoaks, apalagi sentimen anti-China.

"Kita itu mengabarkan jangan panik, jangan mudah percaya karena video yang menyebar di Indonesia menyeramkan," kata Eva terkadang bingung melihat video yang beredar.

"Meskipun lebih banyak dukungan social support yang kita dapat, tapi ada juga yang menggiring ke isu-isu tidak jelas seperti sentimen anti-China," ujar Eva yang menempuh program doktoral di Central China Normal University.

" Kami berharap didoakan, di-support teman-teman semua," imbuhnya dengna mata berkaca-kaca.

Saat ini, Eva melaporkan jalanan masih sepi dan jarang mobil lewat karena akses transportasi Wuhan dibatasi. Namun, fasilitas listrik, air, dan internet masih bisa diakses.


Karantina Selama 28 Hari

Mahasiswa Indonesia di Wuhan pergi berbelanja kebutuhan pokok hari ini. (Dokumentasi KBRI Beijing)

Eva turut menyebutkan bahwa Kementerian Luar Negeri masih berusaha agar pesawat bisa menjemput para WNI di Wuhan yang berjumlah sekitar 250 orang. Mayoritas adalah pelajar.

"Itu sampai hari ini kita dengar berita dari Indoensia bahwa ibu menteri telah mengeluarkan option-option untuk eakuasi kami juga mendengar kabar-kabar sudah disiapkan pesawat untuk menjemput," jelas Eva.

Lebih lanjut, ia berkata WNI akan dikarantina terlebih dahulu di daerah selatan China, sehingga tidak langsung pulang ke Indonesia.

Setibanya di Indonesia, mereka akan kembali masuk karantina selama hampir satu bulan.

"Itu enggak akan langsung ke Indonesia. Itu mungkin akan diistirahatkan sehari di daerah Southern China. Kemudian dibawa pulang ke Indonesia, kemudian dikarantina lagi 28 hari di salah satu RS di Jakarta," ucap Eva.

Dokter Cicilia Marcella yang belajar di Nanjing Medical University menyarankan agar mereka yang baru pulang dari China untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati ketika bersin untuk berjaga-jaga. Sebab, virus ini tertular dari air liur.

"Untuk risiko bisa saja terjadi, makanya untuk mahasiswa-mahasiswa yang ingin pulang ke sini, seperti saya bilang karena gejala ini akan muncul tak lebih dari 14 hari. Jadi setelah pulang make sure pakai masker 14 hari," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya