Penjelasan Dokter Soal Virus Corona Berbeda dengan Flu Burung dan MERS

Tim dokter penanganan penyakit infeksi menular khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menjelaskan perbedaan novan corona virus 2019 Wuhan Cina dengan flu burung dan MERS

oleh Arie Nugraha diperbarui 30 Jan 2020, 14:52 WIB
Petugas ruangan isolasi penyakit infeksi menular khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, tengah memeriksa kelengkapan alat medis untuk merawat pasien terduga novan corona virus 2019 Wuhan Cina pekan lalu, Jumat, 24 Januari 2020

Liputan6.com, Bandung Tim dokter penanganan penyakit infeksi menular khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menjelaskan perbedaan virus corona (nCoV 2019) Wuhan Cina dengan flu burung dan MERS. Indikator yang paling mencolok soal virus 2019 - nCov dengan penyakit infeksi khusus lainnya, yaitu dalam hal penyebarannya tetapi memiliki gejala yang sama.

Menurut Wakil ketua tim dokter penanganan penyakit infeksi menular khusus RSHS Bandung, Anggraeni Alam, virus corona akan menyebabkan gejala berupa sesak napas didahului dengan adanya demam 38.5 derajat celcius, batuk dan nyeri tenggorokan. Namun sebut Anggraeni, belum diketahui dengan jelas riwayat tanda serangan virus corona.

“Flu burung itu jauh lebih jelas karena ada ayam yang mati. Matinya mesti berapa banyak ? Lebih dari 10 persen (dari populasi). Oh gejalanya apa ? Memang gejalanya demikian. Kalau kita periksa foto rongennya, dari jam ke jam dia akan berubah. Dan kalau diperiksa darahnya, ternyata leukositnya turun, trombositnya turun. Tapi kalau ini, kita belum mendapatkan suatu gambaran spesifik seperti itu,” kata Anggraeni di RS Hasan Sadikin, Bandung, Kamis, 30 Januari 2020.

Anggraeni menjelaskan virus flu burung akan hilang, saat penderita yang mengidapnya meninggal dunia. Sehingga kini ucap Anggraeni, virus flu burung sudah tidak menjadi suatu wabah penyakit dan menjinak.

Selain itu, Anggraeni mengatakan menjinaknya virus flu burung akibat tubuh manusia kini secara otomatis sudah memiliki anti bodinya. Apalagi untuk masyarakat yang berprofesi sebagai peternak dan penjual ayam atau unggas.

“Itu kalau diperiksakan sudah ada anti-bodi. Artinya virus seperti demikianlah. Nah kita tidak tahu sifat dari novel ini. Namanya juga baru,” ujar Anggraeni. 

 


Bagaimana dengan SARS?

Petugas ruangan isolasi penyakit infeksi menular khusus tengah mengecek peralatan pelindung untuk mengantisipasi adanya pasien terpapar virus corona ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jumat, 24 Januari 2020. (Foto: Liputan6.com/Arie Nugraha).

Sementara untuk SARS sesama virus Corona, Anggraeni menyatakan hilang dari peredaran. Meski diketahui di dalam tubuh manusia tidak ditemui sistem kekebalan untuk virus tersebut. Sama halnya dengan virus MERS.

Dari seluruh jemaah haji yang berangkat ke benua Arab, sebagai negara pertama penyebaran virus tersebut, tidak terdeteksi adanya yang terjangkit. Hingga saat ini terang Anggraeni, tidak diketahui penyebabnya.

“Yang terkena siapa ? Ternyata orang - orang di Arab Saudi dan sepenanjung Arab. Jadi memang sesuatu yang baru itu, apakah berhubungan dengan genetik karena yang sampai saat ini yang terkena adalah orang serumpun. Merskofi (MERS) yang berat ketakutannya akibat jutaan orang kumpul haji umroh, ternyata disitu saja penyebarannya,” sebut Anggraeni.

Akibat virus dari Wuhan Cina tersebut dinyatakan sebagai penyakit baru yang mampu menular antar manusia, Anggraeni menyatakan pasti akan mengkhawatirkan memicu pandemi.

Pandemi yaitu penyebaran penyakit yang penularannya sudah terjadi antar benua. Beberapa waktu lalu, virus 2019 - nCov hanya terdeteksi di Benua Asia diantaranya adalah Cina, Korea, Jepang, Thailand, Malaysia dan Singapura.

“Nah kalau sudah loncat ada Amerika, kemudian nanti sudah mulai tiga benua itu kita namakan sebagai pandemi. Dan ini betul - betul semuanya adalah penyakit dari binatang. Jadi untuk urusan jumlah korban meninggal, kita lebih takut SARS. Namun kita belum tahu sifat virus   corona ini,” ungkap Anggraeni.

Terpenting Anggraeni bilang, apapun virusnya yang menyerang tubuh manusia yaitu kecepatan dalam penanggulangnnya meski belum ada obatnya untuk virus Corona. Paling bagus dilakukan pencegahan.

Pencegahannya yaitu dengan menerapkan pola hidup bersih. Jika sedang mengalami flu, batuk dan bersin, sebaiknya menggunakan masker. Etika saat batuk dan bersin juga perlu diperhatikan, yaitu dengan menutup dengan punggung tangan atau sikut dalam lengan.

Hindari satu ruangan dengan orang yang sedang mengalami batuk dan flu. Penggunaan masker saat itu dianjurkan meski sedang tidak mengalami hal serupa. Segera keluar dari lift atau eskalator, saat tidak menggunakan masker apabila ada yang mengalami batuk terus menerus. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya