Liputan6.com, Jakarta - Jepang dan Amerika Serikat (AS) sudah berhasil menjemput warga-warganya di Wuhan, China. AS hanya fokus menyelematkan diplomatnya, tetapi Jepang berusaha menjemput semua warganya.
Pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia berkata tiap negara memiliki tantangan masing-masing dalam menyelamatkan warganya. Misalnya, AS lebih mudah melakukan evakuasi karena mayoritas yang dijemput berada di satu daerah.
Baca Juga
Advertisement
"Amerika fokusnya untuk mengeluarkan korps diplomatik mereka yg bertugas di Wuhan. Dengan demikan, dari sisi lokasi, dan konsentrasi masyarakat mereka di satu tempat. Dengan demikan, pemindahan mereka dari wilayah terdampak, jadi lebih mudah sebetulnya," ujar Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah di Jakarta pada Kamis (30/1/2020).
Indonesia pun mengaku akan belajar dari pengalaman AS dan Jepang untuk menjemput para WNI yang terjebak di Wuhan dan sudah memohon untuk dipulangkan.
"Justru dari pengalaman pemulangan Amerika dan Jepang, kita bisa belajar pengalaman mereka mengekstraksi masyarakat mereka dari wilayah terdampak. Mudah-mudahan dari pengalaman itu, saat nanti kita melakukan pemulangan, maka menjadi lebih efisien dan efektif dalam pelaksanaannya," jelas Faizasyah.
Sebelumnya, pemerintah menyebut tidak bisa melakukan evakuasi karena ada lockdown, tetapi makin banyak negara yang bisa melakukan evakuasi di Wuhan.
Singapura berhasil memulangkan 92 warganya di Wuhan. Korea Selatan sudah menyiapkan pesawat untuk berangkat pada hari ini, namun ada penundaan. Media Korsel Hanykoreh melaporkan bahwa penundaan tak sampai satu hari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bantuan Finansial
Lebih lanjut, pihak Kemlu menyebut mengirim bantuan logistik juga sulit ke Wuhan. Solusinya, Kemlu mengirimkan bantuan finansial.
"Sekarang yang dimungkinkan adalah bantuan keuangan. Berdasarkan itulah mereka bisa membeli kebutuhan mereka di tempat yang ada," ujar Teuku Faizasyah.
Suplai makanan di Wuhan juga terpantau masih ada. Hanya saja, persediaan memang berkurang.
"Juga digarisbawahi, kebutuhan barang pokok di Wuhan masih ada, hanya suplainya berkurang," pungkasnya.
Advertisement