Liputan6.com, Jakarta Menteri Riset Teknologi dan Badan Riset Inovasi Nasional (Riset-BRIN), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, para peneliti di Indonesia patut diperhitungkan soal menghasilkan inovasi hasil dari bahan baku alami atau hayati asal Indonesia yang menghasilkan obat-obatan.
"Para peneliti itu sudah bisa melahirkan obat-obatan yang ampuh untuk penyembuhan, malah sudah ada izinnya, teruji klinis, BPOM juga sudah dapat," katanya dalam sesi pertama diskusi Rakornas 2020 Kemenristek BRIN, di Grha Widya Bhakti, Puspiptek, Setu Kota Tangerang Selatan, Kamis (30/1/2020).
Advertisement
Namun yang masih jadi persoalan adalah, mempertemukan antara hasil penelitian tersebut dengan penggunanya. Maunya Bambang, hasil yang sudah teruji klinis ini masuk ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Meski dapat izin dan smuanya, tapi ujungnya susahnya masuk ke JKN. Padahal bisa jadi pengganti obat impor," kata Bambang.
Padahal, lanjut Bambang, keberadaan obat-obatan hasil buatan anak negeri dengan bahan baku hasil bumi Indonesia, tidak kalah saing dan jauh lebih aman dan murah bila dibandingkan dengan produk impor. Hingga saat ini, bisnis kesehatan di Indonesia, untuk obat-obatan maupun alkesnya, 90 persen masih produk luar negeri.
Gunakan Hasil Riset Dalam Negeri
Bambang pun meminta kepada Menteri Kesehatan, dr Terawan, agar para dokter terutama yang berada di rumah sakit besar, mau menggunakan hasil riset dalam negeri.
"Menkes dalam hal ini bisa mendorong teman-teman dokter, agar mau menggunakan alkes milik putra bangsa," ujar Bambang yang langsung diutarakan di depan Menkes Terawan.
Menjawab permintaan tersebut, Terawan mengaku, akan membicarakan lebih lanjut dengan stakeholder di kementeriannya. "Paling tidak dari bahan baku, kita dorong untuk menggunakan dari negeri sendiri," kata Terawan.
Advertisement