Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 12 mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) masih terjebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Para mahasiswa tersebut terpaksa menunda kepulangan akibat terputusnya akses transportasi pasca-mewabahnya virus Corona.
Advertisement
HS misalnya, mahasiswi asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat itu sedianya dijadwalkan pulang kembali ke Tanah Air pada awal Februari mendatang, usai merampungkan studi akhir semester di kota yang kini terisolasi tersebut.
"Sebenarnya saya sudah pesan tiket pesawat tanggal 2 Februari bareng 4 teman lain. Sampai di Surabaya tanggal 3 Februari. Visa saya juga pertengahan Februari sudah habis," kata HS kepada awak media melalui video call, Kamis (30/1/2020).
HS dan kesebelas rekannya sejak 6 bulan terakhir menempuh pendidikan di Central China Normal University (CCNU), Wuhan, melalui jalur beasiswa. Mahasiswi Fakultas Sastra dan Bahasa ini pun tak pernah menyangka niatannya untuk menimba ilmu di negeri orang, bakal diselingi tragedi yang cukup mengerikan.
Meski kondisi terkini di Kota Wuhan disebutkan mulai sedikit membaik, Pemerintah China masih enggan membuka kembali akses transportasi. HS pun kembali memendam kekecewaan karena belum mendapat kepastian kapan akan dipulangkan.
"Belum tahu pasti (kapan pulang). Padahal selesai kuliah di Wuhan, saya juga harus mengajar di Unesa," keluh perempuan 22 tahun itu.
Sepanjang hari HS bersama rekan-rekannya hanya bisa menghabiskan waktu di kamar asrama lantai 17, sambil berharap kondisi akan terus membaik. Ia ingin secepatnya dapat dievakuasi agar bisa berkumpul kembali dengan sanak keluarga tercinta.
"Pemerintah saat ini telah bekerja keras untuk kami semua mahasiswa di sini. Semoga saja kami bisa segera dipercepat evakuasi ke Indonesia," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Permintaan Pihak Keluarga
Sementara, keluarga HS yang tinggal di Kampung Kalijaya, RT 03 RW 06, Desa Kalijaya, Kecamatan Cikarang Barat, meminta bantuan pemerintah daerah agar bisa secepatnya memulangkan mahasiswi tersebut ke Indonesia.
"Saya minta Bupati Bekasi supaya mendorong pemerintah pusat memberikan solusi dan tanggap, paling tidak bisa dievakuasi," kata Muksin, kakak HS.
Permintaan pihak keluarga, menurut Muksin direspons dengan baik oleh Bupati Bekasi. Hal ini memberi sedikit ketenangan bagi keluarga, di tengah rasa was-was akan kondisi HS.
"Alhamdulillah Bupati begitu support. Saya juga dibantu pekerja sosial masyarakat (PSM) Mekar Mukti saat mengunjungi Beliau," ujarnya.
Setiap hari Muksin mengaku rutin melakukan komunikasi untuk memantau kondisi HS. Ia ingin memastikan sang adik terus berada dalam kondisi sehat.
"Komunikasi sering dari pesan WA atau video call. Walau katanya kondisi di sana (Wuhan) sudah sedikit normal, keluarga tetap was-was," tutupnya.
Advertisement