Ini Hasil Verifikasi BBPOT Terkait Serangan Ulat Grayak di Jawa Timur

Tim BBPOT melakukan bimbingan teknis dan gerakan pengendalian ke lokasi serangan ulat grayak Spodoptera frugiperda (fall army worm) di Kabupaten Tuban dan Lamongan.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Jan 2020, 19:23 WIB
Ulat Grayak Jagung (Fall Armyworm) asli Amerika sedang menghantui ladang jagung Indonesia sejak Maret 2019. (Dok FAO Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Balai Besar Peramalam Organisme Penganggu Tumbuhan (BBPOT) Jatisari memverifikasi luas serangan ulat grayak di Jawa Timur.

Tim BBPOT melakukan bimbingan teknis dan gerakan pengendalian ke lokasi serangan ulat grayak Spodoptera frugiperda (fall army worm) di Kabupaten Tuban dan Lamongan.

Tim mendapatkan kalau lokasi serangan ulat grayak di Kabupaten Tuban, Jawa Timur mencapai 683 hektar. Sementara itu, di Kabupaten Lamongan dari luas tanam 3.700 hektar, sedangkan luas serangan hama ulat grayak di Desa Brondong seluas 156 hektar (ha).

"Keadaan serangan periode 1-15 Januari 2020," ujar Kepala BBPOPT Jatisar, Enie Tauruslina, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (30/1/2020).

Sebelumnya, tanaman jagung yang masih berusia satu bulan di Lamongan Jawa Timur terancam gagal panen karena serangan hama ulat grayak.

Padahal petani sudah tiga kali melakukan semprotan massal, hingga menghabiskan dana Rp 1 miliar, tapi upaya tersebut belum membuahkan hasil. Kondisi diperparah dengan serangan hama tikus yang jika dibiarkan petani terancam gagal panen.

Ulat grayak ini, ternyata menyerang sejak tanaman jagung masih berumur 12 hari.Salah satu lahan tanaman jagung yang mendapatkan serangan terjadi di Desa Sendang Rejo, Kecamatan Brondong, Lamongan.

Saat ini tanaman jagung masih berusia satu bulan.  Lantaran, ulat graya tidak hanya menghabiskan daun, namun juga merusak batang tanaman jagung. Pembasmian hama ulat graya sudah yang ketiga kalinya dilakukan oleh petani Lamongan, namun belum membuahkan hasil.

Akibat serangan ulat grayak, petani di 10 desa, Kecamatan Brondong, terancam gagal panen. Bahkan jika dibiarkan bisa merugi mencapai puluhan miliar rupiah.

"Upaya-upaya pengendalian sudah dilakukan oleh petani sudah sejak awal, karena memang sejak usia 12 hari jagung, itu sudah ada penetasan ulat baru," kata Khamim, Kepala UPT Dinas Pertanian Brondong.

Agar tidak semakin merugi, petugas dinas terkait menyarankan, selain rutin menyemprot, petani juga dianjurkan menanam pohon penangkal yang bisa membunuh maupun membasmi penyebaran telur ulat grayak yang sangat cepat.

Petani dibantu petugas Dinas Pertanian kabupaten, dan provinsi, serta petugas kepolisian Polsek Brondong Lamongan membasmi dengan menyemprotkan obat pestisida.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya