Liputan6.com, Rusia - Rusia memutuskan untuk menutup perbatasannya dengan China sebagai langkah mencegah penyebaran Virus Corona, demikian menurut media negara itu, dilansir CNBC, Jumat (31/1/2020).
Kamis pagi, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan bahwa ia telah menandatangani instruksi untuk menutup perbatasan negara di Timur Jauh.
Advertisement
"Instruksi tersebut ditandatangani hari ini. Pengerjaannya sudah dalam proses. Kami akan memberi tahu semua orang yang peduli tentang langkah-langkah untuk menutup perbatasan di wilayah Timur Jauh dan langkah-langkah lain yang telah diambil pemerintah (untuk mencegah penyebaran Virus Corona di Rusia)," demikian laporan kantor berita Rusia TASS mengutip dalam rapat kabinet hari Kamis 30 Januari.
"16 dari 25 penyeberangan di sepanjang perbatasan Rusia-China akan ditutup pada tengah malam 31 Januari, kata keputusan itu," menurut Moscow Times.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penundaan Penerbitan Visa untuk Warga Negara China
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah menunda sementara penerbitan visa elektronik untuk warga negara China.
Langkah yang dilakukan Rusia itu terjadi ketika virus yang mirip pneumonia ini yang pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan di China pada akhir Desember 2019, dan virus ini terus menyebar.
Otoritas kesehatan China mengatakan jumlah kasus sekarang telah meningkat melampaui 10000 dan jumlah kematian mencapai lebih dari 200, demikian dikutip dari AFP, Jumat 31 Januari 2020.
Sebagian besar kasus ada di China tetapi virusnya juga ditemukan di Prancis, Jerman, Kamboja, Korea Selatan, Singapura, AS, Thailand, Sri Lanka, dan Jepang. Filipina dan India juga mengkonfirmasi kasus pertama mereka pada Kamis lalu.
Sejauh ini, belum ada kasus virus yang dilaporkan di Rusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Kamis malam telah memutuskan apakah akan mengumumkan darurat kesehatan global atas wabah tersebut.
Advertisement
Keadaan Darurat Global
Dilansir AFP, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan keadaan darurat global terkait virus corona baru, ketika China melaporkan Jumat bahwa jumlah kematian telah meningkat menjadi 213 dengan hampir 10.000 infeksi.
Badan kesehatan PBB yang berbasis di Jenewa ini pada awalnya meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh penyakit itu, kemudian merevisi penilaian risikonya setelah pembicaraan krisis.
“Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah,” kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi di Jenewa, Kamis malam.
“Kita semua harus bertindak bersama sekarang untuk membatasi penyebaran lebih lanjut. Kita hanya bisa menghentikannya bersama.”
Reporter: Deslita Krissanta Sibuea