Hore, Dua Harimau Sumatra Lahir di Taman Margasatwa Kinantan Bukittinggi

Dua anak harimau sumatra lahir di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Bukittinggi, Sumatera Barat, dari pejantan bernama Bancah dan induknya Dara Jingga.

oleh Novia Harlina diperbarui 31 Jan 2020, 21:01 WIB
Pasangan harimau sumatra, Bancah dan Dara Jingga, baru melahirkan dua anaknya di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Bukittinggi - Dua anak harimau sumatra lahir dengan selamat dan sehat di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Bukittinggi, Sumatera Barat, dari pejantan bernama Bancah dan induknya Dara Jingga.

Dara Jingga melahirkan dua anaknya pada 12 Desember 2019, namun karena alasan masa observasi setelah kelahiran, kabar gembira kehadiran dua satwa langka ini baru bisa disampaikan saat ini.

Lahirnya dua ekor satwa dilindungi yang bernama latin panthera tigris sumatrae ini menambah jumlah harimau sumatra di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK).

"Jumlah harimau sumatra di sini sekarang lima jantan dan lima betina, kemudian jumlah koleksi satwa lainnya lebih dari 500 ekor," kata Kepala Bidang TMSBK, Ikbal kepada Liputan6.com, Jumat (31/1/2020).

Induk betina dan anak-anaknya ditempatkan di kandang kecil bersebelahan dengan jantan. Keempatnya tidak dalam satu ruangan kandang guna menghindari kemungkinan perilaku agresif dari jantan.

Bagi Dara Jingga, kelahiran kali ini merupakan yang ke-enam kalinya sejak menghuni TMSBK pada 2013 lalu. Sementara Bancah sendiri telah berada di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan sejak 2017.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Kabar Gembira

Kelahiran anak harimau ini, lanjut Ikbal, memberikan kebahagiaan tersendiri bagi pihak TMSBK karena adanya hasil dari usaha pembiakan satwa dilindungi itu.

“Khusus dua anak harimau sumatra yang baru ini nanti pada usia memasuki delapan bulan baru dipisahkan sama induknya," kata Ikbal

Sementara Petugas kesehatan hewan di TMSBK dr Rizka Musnandar menyebut anak-anak harimau akan dibiarkan tumbuh alami menyusu dengan induknya dan interaksi dengan manusia seminimal mungkin.

"Hal tersebut untuk menghindari bercampurnya aroma manusia pada anak yang dapat berakibat induk tidak ingin mendekati anak-anaknya," ujar dia.

Kemudian ia menjelaskan masa tahap observasi masih berlangsung, lalu penanganan tim dokter hewan di TMSBK Bukittinggi.

"Supaya kesehatannya terjaga, kami terus mengawasi agar tidak berinteraksi manusia terlalu banyak," katanya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya