Liputan6.com, Jakarta - Sejak lama alam telah menjadi inspirasi untuk berbagai alat-alat yang manusia gunakan.
Terkini, sekelompok insinyur berhasil mengembangkan sebuah alat untuk mendeteksi kebocoran pipa minyak dan gas, yang terinspirasi oleh kelelawar.
Baca Juga
Advertisement
Kelelawar merupakan hewan nokturnal yang memanfaatkan panjang ultrasonik yang berbeda-beda untuk mendeteksi objek, berburu, dan menghindari pemangsa.
Meniru cara kerja kelelawar tersebut, insinyur di Lancaster University telah menggabungkan dua jenis radiasi yang berbeda, yakni fast-neutron dan sinar gamma, untuk mendeteksi korosi yang merupakan penyebab utama kebocoran pipa.
Kebocoran pipa minyak dan gas menjadi salah satu masalah utama yang menimbulkan kerugian senilai jutaan dolar setiap tahunnya. Di luar kerugian finansial, kebocoran pipa minyak dan gas juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan, cedera, dan kerusakan lingkungan.
Mixed Field Analyzer
Fast-neutron dan sinar gamma menghasilkan gelombang elektronik berbeda, sehingga memungkinkan para peneliti untuk menyimpan data dari keduanya secara bersamaan dengan menggunakan detektor bernama 'Mixed Field Analyzer'. Perangkat ini telah dikembangkan sebelumnya oleh Lancaster University dan Hybrid Instruments Ltd.
Secara real-time tim peneliti menguji dua teknik pencitraan di laboratorium pada sampel baja karbon dengan ketebalan berbeda.
Hasilnya, para peneliti mampu melihat perbedaan ketebalan baja. Sensor juga bekerja ketika lapisan isolasi direplikasi, dengan beton atau plastik. Ini menjadi indikator kemungkinan cacat pada baja, korosi dan karat, yang akan menghasilkan variasi dalam hamburan balik.
Jika digunakan pada pipa nyata, masalah kebocoran pipa diperkirakan dapat lebih mudah dideteksi dan diselesaikan sebelum minyak dan gas keluar dari pipa bocor itu. Demikian dikutip dari Eurekalert, Sabtu (1/2/2020).
(Why/Isk)
Advertisement