Liputan6.com, Agam - Tingginya curah hujan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menyebabkan ikan jenis nila mati mendadak di Danau Maninjau. Setidaknya 10 ton ikan tersebut mati dan mengambang di permukaan danau. Selain curah hujan tinggi, kematian berjemaah ikan nila ini juga disebabkan banyaknya keramba jaring apung di danau tersebut.
"Kali ini ikan yang mati ini berasal dari 15 keramba jaring apung milik 5 orang pembudidaya," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto, Jumat (31/1/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ia mengatakan, ikan siap panen ini mati akibat curah hujan tinggi yang melanda daerah itu sejak beberapa hari terakhir, kemudian ikan-ikan itu mulai mengapung ke permukaan danau akibat kekurangan oksigen di perairan danau vulkanik tersebut.
Ermanto mengimbau, pembudidaya agar mengumpulkan bangkai ikan dan dikuburkan agar air danau tidak tercemar.
Akibat kejadian itu pembudidaya mengalami kerugian sekitar Rp260 juta dengan asumsi harga ikan Rp26 ribu per kilogram.
Ermanto kemudian menyarankan pembudidaya agar segera memanen ikan sehingga tidak mengalami kerugian cukup banyak, apalagi cuaca saat ini tidak bersahabat.
"Kami juga meminta pembudidaya agar mengurangi pemberian pakan, memberikan pakan terapung, dan menghentikan penebaran bibit ikan," jelasnya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Pembersihan Danau Maninjau
Persoalan tercemarnya Danau Maninjau sudah mendapat sorotan dari sejumlah pihak, termasuk pemerintah pusat. Pihak pemerintah provinsi setempat menargetkan danau tersebut bisa bersih dari KJA pada 2020 ini.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyebut, setelah dilakukan pembersihan keramba jaring apung, Pemerintah Kabupaten Agam akan mencarikan alternatif mata pencaharian yang lain bagi pemilik karamba perorangan.
Data 2019 jumlah keramba jaring apung yang ada di Danau Maninjau mencapai 17.000 unit. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 karamba.
Akibatnya, kata wakil gubernur, sisa makanan ikan yang turun ke dasar danau menumpuk dan menjadi penyebab pencemaran air danau yang sudah berwarna kehijauan dan berbau.
Bahkan, pada saat cuaca buruk kondisi air bisa berubah dengan cepat hingga mengakibatkan kematian massal bagi ikan budidaya masyarakat di karamba.
Advertisement