Sri Mulyani Sebut Dampak Virus Corona Lebih Besar Dibanding Brexit

Jumlah kematian akibat virus corona di China terus menanjak menjadi 213 orang hingga Jumat (31/1) pagi.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Jan 2020, 21:20 WIB
Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa penyebaran virus Corona lebih berbahaya dampaknya ke ekonomi ketimbang lepasnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. Sebab, sejauh ini belum ada penanganan pasti akan penyebaran virus berasal dari China tersebut.

"Mungkin kita sekarang lebih konsen mengenai Corona, karena magnitude pengaruhnya ini belum seattle karena kita belum tahu penyebarannya, tingkat kematian yang meningkat secara cepat, itu mungkin yang memberikan ketidakpastian," kata Sri Mulyani, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (31/1/2020).

Sri Mulyani mengatakan, peristiwa Brexit sendiri sudah lebih jauh diantisipasi oleh pelaku pasar dan ekonomi. Sehingga secara dampak tidak begitu besar dirasakan di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

"Kalau Brexit sudah lama prosesnya hanya pembahasannya mengenai kalau dia hard brexit berarti seluruh hal yang berhubungan negosiasi antara UK dan Eropa itu menjadi sesuatu," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jumlah Kematian

Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Seperti diketahui, jumlah kematian akibat virus corona di China terus menanjak menjadi 213 orang hingga Jumat (31/1) pagi. Jumlah orang yang terpapar virus corona jenis baru yang diberi nama 2019-nCoV itu dalam 24 jam terakhir juga bertambah menjadi 9.066 orang dan yang terduga sebanyak 12.167.

Selain itu, terdapat pula 162 orang yang dinyatakan sembuh sehingga sudah bisa meninggalkan rumah sakit, demikian otoritas kesehatan setempat.

Seperti dilansir dari Antara, Provinsi Hubei masih menjadi penyumbang kasus terbanyak wabah tersebut, yakni 5.806 orang dinyatakan positif, 204 orang tewas, dan 116 orang dinyatakan sembuh.

Ibu Kota Provinsi Hubei di Wuhan sebagai episentrum virus tersebut juga masih mencatat angka kematian tertinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di provinsi itu, yakni sebanyak 159 orang.

Di Wuhan terdapat 2.639 kasus positif dan 75 orang diizinkan meninggalkan rumah sakit.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya