Liputan6.com, Nur-Sultan - Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak Kazakhstan untuk bergabung dengan Washington dalam menekan China atas perlakuannya terhadap minoritas Muslim di provinsi Xinjiang. Muslim Uighur telah menjadi masalah sensitif bagi negara Asia Tengah yang memiliki hubungan dekat dengan Beijing.
Advertisement
Dalam kunjungannya ke ibu kota Nur-Sultan, Pompeo mengatakan, dia telah mengangkat masalah ini dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Mukhtar Tleuberdi. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (3/2/2020).
"Perlindungan hak asasi manusia menentukan jiwa suatu bangsa. Kami membahas perdagangan orang dan keadaan lebih dari satu juta Muslim Uighur dan etnis Kazakh yang ditahan Partai Komunis Tiongkok di Xinjiang, tepat di seberang perbatasan Kazakh," kata Pompeo .
"Amerika Serikat mendesak semua negara untuk bergabung dengan kami dalam mendesak untuk segera mengakhiri penindasan ini. Kami hanya meminta mereka untuk memberikan perlindungan dan suaka yang aman bagi mereka yang ingin melarikan diri dari Tiongkok. Lindungi martabat manusia, lakukan apa yang benar."
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Masalah Uighur
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa antara 1 juta dan 2 juta orang, sebagian besar etnis Muslim Uighur, telah ditahan dalam kondisi yang keras sebagai bagian dari apa yang disebut Beijing sebagai kampanye anti-terorisme.
China telah berulang kali membantah adanya penganiayaan terhadap warga Uighur dan mengatakan kamp-kamp itu menyediakan pelatihan kejuruan. China menggambarkan para tahanan sebagai siswa.
Pompeo juga mengatakan Amerika Serikat membantu Kazakhstan yang kaya minyak melindungi dirinya terhadap wabah virus corona di negara tetangga China.
Tleuberdi, yang pemerintahnya sejauh ini menjauhkan diri dari kritik terhadap China atas Xinjiang, tidak berkomentar mengenai masalah Uighur dan sebagai gantinya berfokus pada kerja sama ekonomi dan keamanan.
Advertisement