PDIP: Sungai Citarum Jadi Rekam Jejak Sejarah Peradaban Nusantara

Menurut dia sungai Citarum adalah ekosistem kehidupan. Sehingga partainya terus berupaya penuh agar sungai menjadi tata wilayah di Jabar.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 02 Feb 2020, 21:13 WIB
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto sekaligus sebagai Inspektur memimpin upacara HUT ke-74 RI di Jakarta, Sabtu (17/8/2019). Upacara HUT ke-74 Kemerdekaan RI tersebut diikuti ribuan kader dan simpatisan partai PDIP. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan hari ini melakukan penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat, Minggu (2/2/2020), tepatnya di Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Ciwidey.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, DAS Citarum ini sudah lama menderita. Sehingga, sudah kewajiban semua pihak mengembalikan Citarum seperti sedia kala.

"Demikian dengan pemilihan Daerah Aliran Sungai Citarum. Sungai ini telah lama menderita. Padahal sejarah membuktikan, bahwa sungai Citarum inilah rekam jejak sejarah peradaban nusantara Jawa Barat diukir," kata Hasto di lokasi.

Menurut dia sungai Citarum adalah ekosistem kehidupan. Sehingga partainya terus berupaya penuh agar sungai menjadi tata wilayah di Jabar.

"Marilah kita jadikan sungai halaman depan kita," tutur Hasto.

Dia meminta kepala daerah dari partai berlambang banteng bermoncong putih ini menjadikan sungai halaman depan setiap rumah warga.

"Jadi rumah-rumah itu harus dibangun menghadap sungai. Diantara sungai ada jalan, ada penghijauan. Ibu Mega telah mengeluarkan perintah di hulu dari sungai ada mata air kehidupan. 3 kilometer dari sumber mata air itu harus dihijaukan," ungkap Hasto.

Menurut dia, gerakan mencintai bumi yang dicanangkan PDIP ini, untuk gelombang pertama akan dilakukan sampai akhir Mei 2020. "Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi kita," jelas Hasto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terinspirasi Megawati

Sejatinya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang langsung meresmikannya. Namun secara mendadak, presiden RI Kelima itu berhalangan hadir. Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto bersama jajarannya pun ditugaskan menggantikan.

"Salam dari Ibu Megawati Soekarnoputri. Beliau menyampaikan rasa bangganya kepada seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan yang terus membangun kesadaran untuk mencintai bumi, menjaga bumi, dan berdedikasi pada Ibu pertiwi dengan gerakan menanam pohon," kata Hasto

"Ibu Megawati menyampaikan permohonan maaf, bahwa mendadak Beliau berhalangan hadir, namun energi positif Ibu Mega untuk terus berjuang menjaga keseimbangan alam raya melalui gerakan menanam pohon telah hadir sebagai energi penggerak kita," lanjut dia.

Hasto lalu bercerita bahwa inspirasi dari Megawati untuk Gerakan Mencintai Bumi itu bukanlah isapan jempol. Dirinya adalah saksi bagaimana Megawati selalu hadir sebagai pelopor yang begitu peduli terhadap lingkungan, dan mencintai tanam-tanamanan.

Menurutnya, Megawati selalu mengajari kader PDIP untuk bercocok tanam sebagai latihan rasa guna menghargai kehidupan; menyukuri keindahan atas suatu keajaiban. "Bagaimana tanaman tumbuh, berfotosintesa, dan menghasilkan oksigen yang menghidupkan dan menyegarkan seluruh indera kehidupan kita," imbuhnya.

Maka ketika salah satu pohon langka kesayangannya terluka, maka dengan penuh rasa sayang, Megawati membuat semacam gibs guna menyambung dahannya yang patah. Megawati bahkan melarang para pengurus partai membuang biji salak sembarangan.

"Sebab baik pohon langka yang dahannya patah, biji salak, punya hak hidup," ujar Hasto.

Dari situ, PDIP memiliki sikap bahwa berpolitik itu sejatinya berbicara tentang kehidupan dan penuh dengan rasa cinta. Bila kita terbiasa menghormati kehidupan dengan melakukan kebiasaan menanam, menjaga lingkungan, hidup bersih, maka kita pun juga menghidupkan seluruh indera kehidupan kita.

Oleh Bung Karno, menghormati kehidupan ini tercermin melalui sebuah ungkapan Tat Twam Asi-Tat Twam Asi. Yang artinya aku adalah engkau, engkau adalah aku. Karena itulah syarat menjadi politisi, kata Hasto, terletak pada kehadiran bangunan sistem rasa yang dipupuk terus menerus melalui penghormatan terhadap kehidupan semua mahkluk.

"Inilah pelajaran kehidupan yang kita pelajari dari sosok Ibu Megawati Soekarnoputri. Tidak heran, Beliau memiliki kekuatan juang dan daya tahan politik sebagai buah dari rasa cintanya terhadap seluruh alam raya seisinya," ujarnya.

"Atas dasar hal tersebut, maka gerakan mencintai bumi ini bersifat wajib. Seluruh kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan wajib mengembangkan kebun raya, apotik hidup dan mendidik rakyat untuk hidup secara sehat dan bersih," tandas politikus yang lahir di Yogyakarta itu.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya