Liputan6.com, Jakarta - Menggunakan masker N95, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, mengajak pejabat di kementeriannya, untuk melakukan inspeksi pengawasan tindakan karantina, berupa pemeriksaan pada lalu lintas hewan dan produk hewan di Bandara Soekarno Hatta.
Meski tidak jadi masuk ke dalam pesawat, Menteri Syahrul memantau dari kejauhan pelaksanaan prosedur keamanan untuk mengantisipasi masuknya Virus Novel Corona melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (3/1/2020).
Pemantauan tersebut dilakukan untuk memastikan seluruh prosedur keamanan dan keselamatan lalu lintas hewan dan produknya dijalankan dengan benar sesuai dengan aturan yang berlaku.
Baca Juga
Advertisement
"Sejalan dengan informasi dari lembaga kesehatan hewan dunia, OIE, bahwa penyakit pernapasan akut Corona yang tengah mewabah ini akibat virus novel Corona (2019-nCov). Dimana data urutan genetiknya virus ini adalah kerabat dekat CoV lain yang ditemukan beredar di populasi kelelawar Rhinolophus (Kelelawar Horseshoe)," ujar Mentan Syahrul.
Menurutnya, adanya pengetatan pengawasan terhadap lalu lintas sumber hewan termasuk spesies sejenis yang masuk ke Indonesia untuk mengantisipasi potensi dari reservoir hewan dalam penyakit ini.
"Ini yang menjadi perhatian, khususnya bagi jajaran Karantina Pertanian untuk terus memantau kondisi terkini dari organisasi resmi dan mengantisipasi kesehatan dan keamanan dari media pembawa hama penyakit baik hewan dan tumbuhan pengawasan harus diperkuat,” kata Mentan Syahrul.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Instruksi Kewaspadaan
Sementara, Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, Ali Jamil mengungkapkan, beberapa upaya yang telah dilakukan, yakni, Kementerian Pertanian melalui seluruh unit kerja di Karantina Pertanian telah mengeluarkan instruksi kewaspadaan penyebaran CoV/2019-nCoV, untuk melakukan pengawasan dan tindakan karantina terhadap lalulintas Media Pembawa yang berisiko tinggi sebagai penular CoV/2019-nCoV.
Seperti anjing, kucing, rodentia, kelelawar dan unggas. "Yang kedua tindakan karantina perlakuan yang dilakukan berupa desinfeksi terhadap hewan dan peralatan yang mentertai seperti kendang dll dengan menggunakan desinfektan berbahan aktif misalnya ether alcohol 75 persen, klorin, peroxyacetic acid dan chloroform," ujarnya.
Dengan adanya peringatan tersebut, pengetatan pengawasan terhadap lalulintas sumber hewan termasuk spesiesnya yang masuk ke Indonesia, langsung ditingkatkan, agar dapat mengantisipasi potensi dari hewan dalam penyakit pembawa virus corona.
Ali Jamil menjelaskan, infeksi corona sering terjadi pada hewan dan manusia. Corona dapat ditularkan antara hewan dan manusia, akan tetapi, lanjut Jamil, kebanyakan kasus terjadi penularan hewan dengan hewan dan manusia dengan manusia. Pada manusia, dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah, dan Sindrom Pernafasan Akut Parah.
"Investigasi terperinci menunjukkan bahwa Sindrom pernafasan akut ditransmisikan dari musang ke manusia, dan MERS-CoV (pernafasan timur tengah) dari unta dromedaris ke manusia," kata Ali Jamil. Kasus pneumonia pada manusia yang tidak diketahui penyebabnya dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019, di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Advertisement