Fakta-Fakta di Balik Buaya Berkalung Ban 'Penghuni' Sungai Palu

Buaya sepanjang hampir 5 meter di sungai Palu berkalung ban bekas motor, bikin heboh warga Palu. Keberadaannya diperkirakan sudah 2 tahun terakhir.

oleh Liputan Enam diperbarui 04 Feb 2020, 00:00 WIB
Foto yang diambil pada tanggal 27 Januari 2017 ini menunjukkan seekor buaya air asin berada di dalam air dengan kondisi lehernya terlilit ban di sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah. (AFP Photo/Arfa)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, peristiwa yang menggegerkan publik, adanya buaya berkalung ban bekas. Menjadi reptil yang terbesar, buaya ini muncul ke permukaan di Sungai Palu Sulawesi Tengah, tepatnya di bawah Jembatan I Jalan I Gusti Ngurahrai.

Buaya ini terlihat pertama kalinya muncul pada 19 September 2016. Buaya dengan panjang 4 meter tersebut sempat dievakuasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah.

Selain BKSDA yang melakukan misi penyelamatan, Basarnas, Balai Karatina, dan relawan pencinta reptil Kota Palu juga turut membantu BKSDA dalam hal ini. Namun, hingga kini belum membuahkan hasil.

Berikut Liputan6.com rangkum terkait fakta buaya berkalung ban bekas motor:

Misi Penyelamatan Menggunakan Pukat Belum Berhasil

Operasi evakuasi buaya berkalung ban menggunakan pukat mulai dilakukan menjelang pukul 10.00 WIB, Rabu, 24 Januari 2018. Ketika itu, sang buaya berada di sekitar kawasan reklamasi Pantai Talise, Teluk Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Pemasangan pukat itu sebenarnya sudah berhasil membantu di mana keberadaan buaya ini.

Tidak disangka, usaha ini ternyata tidak berhasil. Karena saat pukat ditarik ke arah barat, buaya berkalung ban tersebut berhasil kabur. Bahkan ada satu bagian pukat yang bolong.

 

 


Usaha Panji Petualang, Gagal

Saat mengetahui situasi yang memprihatinkan ini, Muhammad Panji alias Panji Petualang langsung mempunyai dua strategi untuk mengevakuasi buaya ini.

Strategi pertama ialah, Panji dan tim mendekat ke reruntuhan jembatan di bagian tengah sungai. Dari sana, dia berusaha menjerat mulut buaya dengan tali. Lalu diikatkan di besi dan bebatuan reruntuhan jembatan.

Strategi kedua ialah memancing buaya tersebut dengan ayam.

Aliran sungai sedang deras dan Kerumunan warga mengganggu ketenangan buaya. Hal ini menjadikan usaha yang dilakukan Panji pun gagal.


Ki Kusumo Panggil Buaya Melalui Hatinya

Paranormal sekaligus produser Ki Kusumo membuat heboh warga Palu. Pasalnya, dia berhasil memanggil buaya berkalung ban.

Ki Kusumo terlihat berdiri di pinggir sungai, tak lama setelah itu muncul tiga ekor buaya dan mendekat ke tepi sungai, salah satu buaya berkalung ban.


Buaya, Ayam, dan Manusia Memiliki Keterikatan

Sudah tiga tahun ini buaya berkalung ban kerap muncul ke permukaan sehingga memiliki hubungan khusus dengan warga sekitar. Jika buaya berkalung ban muncul, warga kerap memberi makan dengan seekor ayam.

Seringkali muncul, hingga kini belum pernah  terjadi kasus serangan buaya ke warga ataupun hewan ternak yang digembalakan di padang rumput tepi sungai.

 

 


Sayembara Dihentikan, Tenaga Ahli Tetap Turun Tangan

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, resmi menghentikan sayembara penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu. Namun, misi penyelamatan tidak berhenti sampai sini saja, Kementerian LHK di Jakarta memutuskan akan membantu upaya penyelamatan buaya berkalung ban oleh BKSDA Sulteng dengan mengirim petugas dan tenaga ahli.

(Nadiyah Fitriyah/PNJ)

 

Simak video pilihan berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya