Pementasan Under the Volcano, Melihat Bencana Alam dari Sisi Berbeda

Sang sutradara, Yusril Katil menyematkan pesan-pesan mendalam lewat pementasan Under the Volcano.

oleh Putu Elmira diperbarui 04 Feb 2020, 18:01 WIB
Konferensi pers pementasan Under the Volcano. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Manusia sejatinya tak dapat mengelak akan datangnya bencana alam yang dapat terjadi kapan dan di mana saja. Tak melulu tentang kepanikan yang menyelimuti, fenomena ini dirangkum dan disajikan dalam sebuah pementasan.

Bertajuk Under the Volcano, sebuah pertunjukan garapan Komunitas Seni Hitam-Putih yang disutradarai oleh Yusril Katil. Pementasan yang didukung oleh Ciputra Artpreneur dan Bumi Purnati ini bakal digelar pada 4-5 April 2020 di Ciputra Artpreneur, Jakarta.

Inspirasi garapan ini tidak lepas dari 'Syair Lampung Karam' karya Muhammad Saleh (1883). Karya ini merinci bencana alam ketika Sumatera, terutama Lampung, berhadapan dengan Gunung Krakatau di tahun yang sama.

Syair Lampung Karam merinci seperti apa peristiwa itu terjadi. Di mana setiap orang berusaha menyelamatkan diri dan bagaimana reaksi mereka menghadapi bencana.

"Menginspirasi ketika saya tinggal di Padang Panjang, Minangkabau, Sumatera Barat yang diapit dua gunung merapi. Pada 1999 muncul gempa besar yang meluluhlantakkan rumah membuat saya dan teman-teman satu bulan tidur di tenda," kata Yusril di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Yusril menyebutkan, ada dua nilai yang dapat ditangkap dari pementasan ini, yakni nilai nikmat dengan sisi artistik dan nilai manfaat yaitu untuk apa kisah ini dipentaskan.

"Naskah ini melihat Indonesia yang banyak bencana, apakah harus frustasi, pesimis dengan bencana, nggak harus begitu. Pesannya kalau sebuah peristiwa bencana, kehidupan terus berlangsung," lanjutnya.

Pada setiap adegan pementasan Under the Volcano, dikatakan Yusril ada pesan-pesan yang ia sisipkan. Bagaimana ketakutan itu tidak harus dijaga dan dipelihara.

"Dalam bencana ada cinta, kesetiakawanan, membutuhkan orang lain, kompleksitas bencana dan persoalan kemanusiaan juga ditonjolkan di sana," ungkap Yusril.

Pada pertunjukan yang mengusung filosofi tangga ini juga diberi sentuhan dendang, gurindam yang sangat tepat dengan syair yang ditulis. Ada pula silek, sebagai refeksi diri untuk waspada, memiliki insting, naluri untuk menghindar dari bahaya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Telah Pentas di Kancah Dunia

Konferensi pers pementasan Under the Volcano. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Pementasan Under the Volcano pertama kali ditampilkan pada Olimpiade Teater ke-6 di Dayin Theatre, Beijing, China pada 2014 lalu. Berlanjut dipentaskan di TheatreWorks, Singapura pada 2016.

Pertunjukan di Jakarta pada April mendatang akan menampilkan secara penuh setelah sebelumnya telah naik pentas secara tidak penuh di gelaran budaya Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) di Panggung Akshobya Candi Borobudur pada 2018.

Presiden Direktur Ciputra Artpreneur Rina Ciputra menyebut Ciputra Artpreneur harus menjadi platform untuk memajukan dan memperkenalkan hasil karya bangsa.

"Sebuah karya yang ceritanya dari lokal dan diproduksi secara internasional dan dipasarkan ke mancanegara. Saya percaya ayah saya sangat bangga melihat kemajuan Bu Restu dan Pak Yusril dan bersedia tampil di Ciputra Artpreneur," kata Rina pada kesempatan yang sama.

Tiket pementasan Under the Volcano sendiri dijual seharga Rp250 ribu hingga Rp1.350.000. Ciputra Artpreneur berkapasitas hingga 1.150 kursi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya