Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah baru saja memulangkan 238 WNI yang terisolasi di provinsi Hubei, China. Para WNI itu meminta dievakuasi oleh pemerintah karena mereka takut terhadap penyebaran Virus Corona.
Intervensi pemerintah dibutuhkan sebab pemerintah China memberlakukan kebijakan lockdown untuk kota-kota di Hubei. Otomatis para WNI ikut terjebak.
Baca Juga
Advertisement
Lantas apa harusnya yang dilakukan Indonesia? Ilmuwan mikrobiologi LIPI, Sugiyono Saputra, menjelaskan kebijakan pemerintah China dapat dipetik oleh Indonesia agar mencegah penyebaran Virus Corona. Ia pun berharap kebijakan itu bisa dikembangkan lebih jauh di Indonesia yakni dengan turut mengkarantina turis-turis yang pernah ke China dan tak hanya WNI.
"Yang pertama karantina orang-orang dari sana, terutama yang berasal dari daerah Wuhan. Sebetulnya menurut hemat saya tidak hanya warga Indonesia dari sana, tetapi turis sebetulnya berpotensi. Kita enggak tahu mungkin mereka membawa virus Corona tetapi tidak membawa gejala makanya mungkin tidak melalui proses screening yang tepat," jelas Sugiyono.
Sebagai catatan, kasus-kasus Virus Corona di luar China banyak yang terkait warga China yang pernah berkunjung ke Wuhan. Contohnya seperti kasus di Prancis dan Singapura.
Selain itu, ia juga berharap agar alat pendeteksi Virus Corona yang dipesan dari luar negeri dapat segara digunakan. Pasalnya, media Australia sempat memberitakan cara deteksi Virus Corona di Indonesia masih memakai metode yang butuh berhari-hari.
Sugiyono juga menjelaskan tiga kebijakan pemerintah China yang menurutnya patut diacungi jempol. Salah satunya penghentian perdagangan satwa liar yang diduga asal muasal dari Virus Corona.
"Memang telah dicurigai coronavirus ini berasal dari satwa liar, dari kelelawar, jadi pemerintah China sudah stop perdagangan satwa liar," ujar Sugiyono yang seorang pakar mikrobiologi yang mempelajari zoonosis. Sebelum ini, virus SARS dan MERS juga menular dari hewan.
"Jadi pemerintah China sudah setop menghentikan sementara perdagangan satwa liar yang menjadi asal mula outbreak coronavirus itu," ucapnya.
Dua hal lain yang disambut positif oleh Sugiyono adalah karantina total di China, serta pembangunan rumah sakit Houshenshan untuk pasien Virus Corona yang hanya memakan waktu beberapa hari.
"Terkait pembangunan rumah sakit saya kira itu wow sekali bagiamana mereka antisipasi penangangan yang kena wabah itu," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tak Perlu Bangun RS Kilat
Dokter spesialis paru Faisal Yunus berkata, Indonesia tak perlu berlebihan merespons Virus Corona. Menurutnya, kondisi di Indonesia masih sangat berbeda dari di China.
"Di China itu kan banyak banget kasusnya dan semuanya ada di China. Kalau di Indonesia kan belum ada kasus jadi kita berjaga-jaga saja," ujar Faisal kepada Liputan6.com, Selasa (4/2/2020).
Ia berkata Indonesia pun tak perlu menyemprot disinfektan ke kendaraan umum seperti di China, sebab kasus di China memang banyak, yakni sudah kisaran 20 ribu kasus positif Virus Corona.
"Enggak perlu. Kita enggak ada kasusnya. Buat apa? Kalau dia (China) kan banyak," ucap Faisal yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
"Kita kan belum ada satu pun kasusnya. Malaysia saja cuman satu. Itu juga orang yang pulang dari China. Filipina meninggal satu yang pulang Imlek ke China terus meninggal," jelas Faisal yang menyebut TBC lebih parah dari Virus Corona Wuhan.
Lebih lanjut, Indonesia juga tidak perlu membangun RS kilat seperti di China. Di China, RS Houshenshan selesai dalam waktu beberapa hari saja untuk mengurus pasien Virus Corona.
"Enggak usah. Kita sudah ada rumah sakitnya. Rujukannya, RS Persahabatan ada. Sulianto Saroso sudah menjadi rumah sakit rujukan. Kita sudah pengalaman dulu waktu SARS juga begitu. SARS juga ada di China, Indonesia enggak ada satu pun yang kena," ujar Faisal yang menegaskan tak perlu ada kepanikan.
Advertisement
38 Pasien Suspect Virus Corona di Indonesia Hasilnya Negatif
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sampai saat ini terus melakukan pemantauan dan pengawasan terkait penyebaran Virus Corona di seluruh daerah di Indonesia."Dari spesimen yang kita terima, saat ini jumlahnya ada 38 orang dan hasilnya negatif," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Anung Sugihantono, dalam sambungan telepon kepada para wartawan di Gedung Kemenkes, Selasa (4/2/2020).
Dirjen Anung juga mengatakan dari 38 spesimen yang dinyatakan negatif itu berasal dari 26 rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal tersebut, kata Anung, dilakukan dengan pemahaman dan proses yang sekarang bisa dilakukan lebih cepat.
"Alhamdulillah semuanya negatif," katanya.
Penderita atau orang dalam pemantauan terus diikuti perkembangannya oleh Kemenkes sesuai dengan ketentuan kesehatan dalam pemberian layanan kesehatan terhadap penderita yang memiliki gejala seperti Virus Corona.