Liputan6.com, Yogyakarta - Pergi ke toko serba ada (toserba) nyaris pernah dilakukan semua orang. Namun, bagaimana jika yang serba ada kali ini adalah ruang kreatif? Yogyakarta punya dan mungkin baru satu-satunya di kota gudeg ini.
Namanya Liberates Creative Colony (LCC). Ruang kreatif bersama ini memiliki banyak penawaran yang bisa diikuti orang-orang sesuai dengan kebutuhannya. Misal, pelaku usaha yang punya keinginan untuk memperdalam digital marketing bisa mengakses LIBSTORY.
Baca Juga
Advertisement
LIBSTORY sebagai ruang bercerita. Tim LCC membantu klien menggali cerita dari brand sebuah produk atau merek lebih dalam, sehingga muncul nilai-nilai yang bisa dibagikan kepada banyak orang, terutama pasar si klien.
"LIBSTORY bergerak di pengelolaan media, kami membantu klien untuk bercerita, dibikin gaya persona sesuai karakter pasar si klien dan menghasilkan konten yang sesuai," ujar JC Elang Perkasa, Chief Financial Officer (CFO) LCC, Jumat (31/1/2020).
LIBSTORY juga melakukan pendampingan berkelanjutan kepada klien. Tim LCC juga menganalisis performa konten media sosial untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Ruang kreatif tentu tidak bisa membiarkan pengunjungnya kelaparan. Oleh karena itu, LIBSAJEN bisa dipilih sebagai tempat nongkrong karena menyediakan kantin dengan menu rumahan.
Sekadar bercengkerama dengan teman atau melepas lelah bisa dilakukan di sini. LIBSAJEN juga mengadakan pemutaran film rutin setiap Kamis sore.
Bagi komunitas yang ingin berbagi, belajar, berkreasi, sekaligus tetap produktif bisa mengakses kegiatan yang ditawarkan LIBSPACE. Kelas-kelas yang terprogram dihadirkan dengan beragam tema. Tidak hanya itu, di dalamnya juga terdapat ruang diskusi, pameran, berjualan, sampai berkesenian.
Gagasan Liberates Fair Price
LCC juga memiliki LIBSTORE yang merupakan toko merchandise. Pada 2020, Libstore berkolaborasi dengan seniman, musisi, dan brand dalam manajemen merchandise.
LIBSTORE juga mengembangkan home brand, LIBSTUFF dan LIBSCOOT. Toko ini menerapkan gagasan Liberates Fair Price yang setara dan transparan.
Terdapat rincian harga untuk mereka yang terlibat dalam proses produksi di dalam price tag barang. Tujuannya, supaya konsumen mengenal lebih dalam produk yang dibeli.
"Jadi konsumen bisa mengetahui secara rinci total harga yang dibayar itu untuk apa saja, misal untuk material berapa rupiah, untuk pembuat berapa," kata Elang.
Ruang kreatif serba ada ini sebenarnya merupakan pengembangan dari LIBSTUD. Sebagai studio desain, LIBSTUD sudah berdiri sejak 13 tahun lalu. Pada akhirnya, LIBSTUD tumbuh menjadi konsultan brand dan bisnis kreatif.
Advertisement
Pola Kolaborasi
LCC lahir pada awal 2015. Saat ini, ada empat orang yang menggerakkan manajemen ruang kreatif bersama ini. JC Elang Perkasa sebagai CFO, Albert Deby sebagai Chief Operational Officer (COO), Farid Stevy sebagai Chief Creative Officer (CCO), dan Adrianus Nugroho sebagai Chief Executive Officer (CEO).
Ruang kreatif yang berlokasi di Jalan Pamungkas No A18 Jalan Kaliurang Km 14 Sleman ini memfokuskan diri pada pola kolaborasi. Model bisnis kolaborasi harus ada keberlanjutannya.
"Ketika ingin berkolaborasi, syaratnya harus tahu kamu siapa dan kamu bisa apa, artinya orang yang berkolaborasi harus memiliki identitas yang menjadi kekhasannya, kami memfasilitasi itu," ucap Adrianus Nugroho yang akrab disapa Daday.
Untuk menentukan formula yang pas, LCC melakukan riset. Melalui interaksi dan diskusi, mereka memiliki banyak pengalaman untuk merancang sesuatu.
Simak video pilihan berikut ini: