Update Virus Corona Wuhan: 20.701 Terinfeksi, 427 Meninggal, 727 Sembuh

Jumlah pasien sembuh Virus Corona Wuhan terus meningkat ketimbang jumlah yang meninggal.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Feb 2020, 23:45 WIB
Petugas karantina membenarkan kamera termografi ekstra untuk memantau para pelancong dari Wuhan China dan kota-kota lain di Bandara Internasional Narita, Narita, Tokyo, Kamis (23/1/2020). Jepang meningkatkan pengamanan untuk mewaspadai penyebaran virus corona asal China. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Wuhan - Jumlah korban terinfeksi Virus Corona sudah tembus 20 ribu orang. Kabar baiknya, pasien yang sembuh juga terus bertambah hingga melewati 700 orang.

Berdasarkan peta Gis And Data pada Selasa malam (4/2/2020), orang yang terinfeksi virus ini mencapai 20.701, korban meninggal 427 orang dan pasien sembuh 727 orang.

Selisih pasien sembuh dan meninggal juga makin lebar, yakni pasien sembuh 300 orang lebih banyak. Mayoritas pasien berada di China, kemudian disusul Thailand dengan 25 pasien dan Singapura dengan 24 pasien.

Pada Selasa pagi, Kedutaan Besar China di Jakarta mengadakan konferensi pers yang mengkritik langkah Indonesia yang melarang penerbangan ke China. Pemerintah China berkata tidak perlu ada langkah berlebihan dalam menyikapi Virus Corona

Di lain tempat, seorang WNI dilaporkan positif Virus Corona karena tertular majikannya di Singapura. Sementara, pemerintah Indonesia melarang impor satwa hidup dari China sebagai bentuk antisipasi. 

Peta Gis And Data mendapat data dari World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dari Amerika Serikat, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), National Health Commission (NHC) dari China, dan komunitas digital kedokteran China, DXY.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Indonesia Setop Penerbangan dan Impor dari China, Dubes RRT: Jangan Berlebihan

Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Sejak Virus Corona menyebar secara luas di wilayah daratan China hingga kemudian meluas ke sejumlah negara lainnya, beberapa negara melakukan tindakan antisipasi dan pencegahan. Mulai dari melakukan pemeriksaan ketat di bandara hingga menyetop penerbangan dari dan ke China serta menghentikan impor dari China.

Langkah-langkah tersebut ternyata juga diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah upaya penyebaran Virus Corona. 

Dalam rapat yang dipimpin Presiden Jokowi di Pangkalan Halim, Menlu Retno menyebut penerbangan langsung dari dan ke daratan China ditunda untuk sementara mulai hari Rabu, 5 Februari 2020, pukul 00.00 WIB. 

Di waktu yang berbeda, menteri perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto turut menegaskan bahwa pihaknya menyetop sementara impor makanan dan minuman dari China untuk mengantisipasi penularan Virus Corona ke Indonesia.

Menanggapi keputusan yang diambil oleh banyak negara, termasuk pemerintah Indonesia, Dubes Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Indonesia, Xiao Qian mengimbau untuk tidak mengambil tindakan yang berlebihan. 

"Menurut kami, dalam situasi ini kita harus tenang, tidak perlu terlalu overreact (bereaksi berlebihan) dan memberikan dampak negatif terhadap perdagangan, investasi dan pergerakan orang," kata Dubes Xiao. 

Ia berulang kali menyampaikan pernyataan dari WHO yang berisi bahwa pihaknya tidak setuju atas tindakan pembatasan pergerakan orang terhadap Tiongkok. 

"Tadi saya lihat ada berita bahwa pemerintah Indonesia akan hentikan impor makanan dan minuman dari China untuk menjaga Virus Corona tidak masuk ke indonesia. Kami memberikan concern kepada tindakan tersebut," tambahnya lagi.

Dubes Xiao juga menjelaskan bahwa hingga kini, belum ada bukti bahwa Virus Corona dapat ditularkan melalui barang-barang impor. Hal yang sama pun juga dinyatakan oleh WHO terkait impor dari China.


Hubungan Bilateral Jadi Taruhannya

Presiden Cina Xi Jinping seusai berbicara kepada awak media di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selama sepekan terakhir, Kepolisian Hong Kong sudah melakukan berbagai antisipasi terkait kunjungan Presiden Xi Jinping. (AP Photo/Kin Cheung)

"Kami pikir bahwa kalau Indonesia benar-benar ambil tindakan itu akan mengakibatkan dampak negatif," katanya menanggapi keputusan yang baru ini dibuat pemerintah.

Ia khawatir bahwa keputusan sepert itu dapat merugikan hubungan perdagangan antara kedua negara serta memberikan dampak negatif yang sama-sama tidak diinginkan oleh kedua pihak. 

Dubes Xiao menambahkan bahwa selama ini, RI-China adalah tetangga dan sahabat baik.

"Kita berharap pihak Indonesia bisa memandang wabah ini dan memandang pencegahan dan penanggulangan secara objektif, rasional dan ilmiah," tambahnya.

Ia berharap bahwa negara-negara termasuk Indonesia dapat mematuhi international health regulation dan saran-saran yang diberikan WHO. Dengan demikian, keputusan yang sekiranya berlebihan atau overreact bisa dicegah dan menghindari adanya gangguan bilateral terhadap kedua negara.  

Bukan hanya kepada Indonesia, Dubes Xiao meyakini bahwa akan ada dampak negatif yang dihasilkan dari pembatasan wisata dan wilayah terhadap China. 

"Terkait dampak oleh tindakan pembatasan penerbangan dan impor ekspor saya pikir dampaknya perlu dihitung secara bertahap, tapi saya tegaskan lagi kita berharap tindakan itu tidak perlu diambil," tegas Dubes Xiao. 

Kemudian, ia menjelaskan bahwa China sudah delapan tahun berturut-turut menjadi mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia.

China juga menjadi negara kedua terbesar penyumbang wisawatan asing. Setiap tahunnya, ada 2 juta lebih turis dari China yang mengunjungi Indonesia. Tak hanya itu, China juga merupakan salah satu sumber investasi terbesar untuk Indonesia.

"Itu (penyetopan penerbangan) sebenarnya juga akan merugikan ekonomi perdagangan pariwisata Indonesia sendiri," katanya. 

Ia terus berharap bahwa negara-negara di dunia, termasuk Indonesia dapat mengambil saran yang diberikan oleh WHO, serta upaya pencegahan lainnya yang tidak merugikan kerja sama kedua negara. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya