Xi Jinping Anggap Wabah Virus Corona Jadi Ujian Utama Pemerintahan China

Pejabat kesehatan China mengakui “kekurangan dan kesulitan” dalam tanggapan awal mereka terhadap Virus Corona baru yang menyebar cepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2020, 13:31 WIB
Sejumlah anggota tim medis sedang melakukan simulasi dengan membawa peralatan untuk melakukan pemeriksaan swab test kepada pasien yang tertular virus corona.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, China - Pejabat kesehatan China mengakui adanya kekurangan dan kesulitan dalam tanggapan awal mereka terhadap Virus Corona baru yang menyebar cepat. Terlebih saat jumlah kematian melonjak hingga hampir 500 pada Selasa (4/2/2020).

Komite Tetap Biro Politik China mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pejabat gagal dalam tugasnya akan mendapat pelajaran. Mereka berjanji akan lebih baik untuk keadaan darurat di masa depan.

Presiden Cina Xi Jinping memperingatkan bahwa gagal menghentikan wabah Virus Corona dapat mengikis stabilitas sosial di negara itu lebih dari 1,4 miliar orang.

"Wabah itu adalah ujian utama sistem dan kapasitas China untuk pemerintahan," kata Xi, menurut media pemerintah. "Kita harus meringkas pengalaman dan mengambil pelajaran darinya."

Dilansir USA Today, Rabu (4/2/2020), lebih dari 20.000 kasus Virus Corona telah dikonfirmasi di seluruh dunia.

Korban tewas mencapai lebih dari 500, semuanya di daratan China kecuali satu di Hong Kong dan satu di Filipina. Lebih dari 2.000 pekerja rumah sakit di Hong Kong juga melakukan pemogokan kerja dan menuntut agar perbatasan Hong Kong dengan China daratan ditutup sebagai pencegahan terhadap wabah tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


WHO Menolak Virus Corona Sebagai Pandemik

Anggota tim Kementerian Kesehatan Italia bersiap-siap untuk menerapkan langkah-langkah dan prosedur kesehatan terhadap risiko wabah virus corona yang mematikan, setelah penumpang mendarat di bandara Fiumicino Roma, Italia (23/1/2020). (Aeroporto Di Roma/AFP)

Virus ini memiliki dampak paling keras di antara orang tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya. Jiao Yahui, seorang pejabat Komisi Kesehatan Nasional di China, mengatakan lebih dari 80% dari mereka yang telah meninggal berusia lebih dari 60 tahun, dan lebih dari 75% memiliki penyakit yang mendasarinya.

Sylvie Birand, direktur kesiapan bahaya infeksi global di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menolak menggambarkan wabah itu sebagai pandemik dan mengatakan sebagian besar virus itu tetap ada di China.

"Saat ini kami tidak dalam pandemik," kata Birand. "Kami berada pada fase di mana kami memiliki epidemi Virus Corona dengan banyak fokus dan kami mencoba memadamkan masing-masing fokus ini."

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka tidak merekomendasikan masker wajah untuk membantu mencegah virus, dengan mengatakan itu tidak menyebar di masyarakat di AS.

Sebaliknya, CDC mendesak tindakan pencegahan umum untuk memerangi flu, seperti mencuci tangan sesering mungkin dan menghindari kontak dengan orang yang sakit.


Pencegahan di AS dan Prancis

Kurir Barang di Tengah Krisis Virus Corona. (Xinhua/Liu Xiao)

Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, pada hari Selasa menegaskan kembali seruannya ke semua negara untuk tidak memberlakukan pembatasan yang mengganggu perjalanan dan perdagangan internasional.

"Pembatasan seperti itu dapat memiliki efek meningkatnya rasa takut dan stigma, dengan sedikit manfaat kesehatan masyarakat," kata Tedros. "Karena angkah-langkah seperti itu telah dilaksanakan, kami mendesak mereka membuat durasi yang pendek (untuk pembatasan ini), sebanding dengan risiko kesehatan masyarakat, dan dipertimbangkan kembali secara teratur ketika situasinya berkembang."

Pada hari Jumat 31 Januari lalu, pemerintahan Trump menyatakan wabah Virus Corona sebagai darurat kesehatan masyarakat di Amerika Serikat. Warga negara AS yang telah berada di provinsi Hubei China dan akan kembali ke AS akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan dipantau selama karantina wajib hingga 14 hari, kata para pejabat.

AS juga mengumumkan penangguhan masuk ke Amerika Serikat warga negara asing yang berisiko terhadap penularan virus. Dan beberapa maskapai telah menghentikan atau membatasi penerbangan China.

Prancis, yang memiliki enam kasus virus yang dikonfirmasi dan telah mengevakuasi ratusan warga negara dalam dua penerbangan, pada hari Selasa bergabung dengan Inggris dalam peringatan terhadap setiap perjalanan yang tidak penting ke China dan menyarankan bahwa semua warga negaranya di China pergi selama Virus Corona masih menyebar.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya