Bogor Street Festival CGM 2020 Bertabur Kemeriahan, Live Music Hingga Karnaval

Pesta besar sehari, Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020 digelar pada Sabtu (8/2). Beragam kemeriahan ditawarkan melalui 42 konten unik dan menariknya.

oleh Gilar Ramdhani pada 05 Feb 2020, 17:10 WIB
Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020.
Liputan6.com, Bogor Pesta besar sehari, Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020 digelar pada Sabtu (8/2). Beragam kemeriahan ditawarkan melalui 42 konten unik dan menarik. Konsepnya seni budaya, live music, sentuhan religi, sastra, nasionalisme, expo, hingga beragam konsep karnaval.
 
Bogor harus menjadi referensi utama berlibur pekan ini. Apalagi, Bogor Street Festival CGM 2020 digelar kolosal di sepanjang Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat. Semangat yang dikembangkannya adalah Ajang Budaya Pemersatu Bangsa dengan turunan tema Looking Eastward. Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, penyelenggaraan festival tahun ini lebih berkualitas.
 
“Bogor Street Festival CGM 2020 menjadi media promosi strategis bagi Bogor. Untuk itu, kami sudah melakukan persiapan optimal. Kualitas eventnya dinaikan dengan beragam inovasi yang menginspirasi. Bogor Street Festival CGM 2020 akan memberikan experience terbaik. Jadi, silahkan bergabung di sini,” jelas Bima, Rabu (5/2).
 
 
 

Ajang Budaya Pemersatu Bangsa

Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020.
Menawarkan experience 42 konten, warna seni dan budaya khas Sunda ditampilkan melalui Angklung, Musik Bambu, dan Angklung Gubrag. Kekayaan budaya Sunda juga bisa dinikmati dari Sabeungkeutan, Mapag Agung, Rengkak Ayakan, Siloka Dadali, Lengser Ambu, hingga Nyi Pohaci. Warna budaya Sunda makin kental oleh Mabokuy, Joli, Kereta Kencana, dan Delman Hias.
 
Menegaskan kekayaannya sebagai destinasi wisata, Bogor Street Festival CGM 2020 ikut menampilkan Monolog Kabayan dan Pembacaan Wangsit Siliwangi. Wangsit Siliwangi menjadi sesuatu yang menarik. Terdiri dari beberapa bait, petikannya awalannya ‘Ti Mimiti Poé Ieu, Pajajaran Leungit Ti Alam Hirup’. Lanjutannya, ‘Leungit Dayeuhna, Leungit Nagarana’. Atau, ‘Pajajaran Moal Ninggalkeun Tapak, Jaba Ti Ngaran Pikeun Nu Mapay’.
 
Menjadi gambaran situasi kondisi sosial, Wangsit Siliwangi memberi banyak wejangan. Mengingatkan agar masyarakat kembali kepada hakikatnya. Kembali kepada nilai Tuhan, peka terhadap lingkungan, membangun persatuan, mengelola sumber daya secara tepat, hingga berlaku adil. Tujuannya, untuk kemakmuran. Bima menambahkan, Bogor Street Festival CGM 2020 akan menambah rasa nasionalisme.
 
“Ada banyak nilai luar biasa yang bisa digali dari Bogor Street Festival CGM 2020. Secara konsep, semua warna budaya memang ditampilkan di sini. Harapannya tentu munculnya nilai nasionalisme dengan tetap menghargai perbedaan. Yang jelas, Bogor Street Festival CGM 2020 jangan sampai terlewatkan,” lanjutnya.
 
Memunculkan warna nasionalisme dan keberagam, beberapa konten memang diapungkan. Sebut saja, Purna Paskibraka Indonesia, Drumband Chanka Ksatria Bhakti, Marching Band MY, Liong Kopassus, dan Formasi Pasukan Pembawa Bendera Pusaka. Ada juga Pawai Baju Adat 34 Provinsi, aksi 25 Grup Liong-Barong, hingga Kie Lin.
 
Lalu, bagaimana dengan tariannya? Bogor Street Festival CGM 2020 menyajikan Tari Dayang, Rengkong, Tayub, hingga Panarat. Sebagai gambaran lebih lanjut, Tari Rengkong lahir dari budaya agraris. Untuk Rengkong sendiri merupakan alat yang digunakan untuk memanggul hasil panen padi. Uniknya, alat ini menghasilkan suara unik. Hasil gesekan dari tali pengait (ijuk) dengan batang bambu.
 
 

Bazaar Rakyat

Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020.
“Bogor Street Festival CGM 2020 event besar. Warna tradisional dan modern disandingkan unik. Jumlah kontennya banyak, meski tata waktu event pendek. Ada banyak nilai positif yang ditebarkan. Festival ini jadi bagian untuk merajut persatuan-kesatuan sebagai sebuah bangsa dan negara,” terang Asisten Deputi Destinasi Regional II Kemenparekraf Wawan Gunawan.
 
 

Pameran Foto Pesta Rakyat

Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020.

Semakin detail mengenalkan potensi wisatanya, disajikan juga permainan Egrang. Ini adalah permainan tradisonal yang menuntut skill dan keseimbangan pelakunya. Secara umum ada 4 jenis Egrang, seperti Pegangan, Pasak, Drywall, dan Pegas. Warna lainnya, adalah Hadroh. Hadroh tersebut seolah mengirim pesan sebagai penegasan kuatnya nilai religi masyarakat Bogor. 

“Dengan beragam atraksi yang ditawarkannya, wisatawan harus membawa serta keluarganya ke sana. Apalagi, momentumnya tepat di akhir pekan. Yang penting jaga ketertiban dan kebersihan agar Bogor tetap nyaman,” tutup Wawan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya