Menanti Mentari Pagi di Wisata Migrasi Elang di Hutan Talaga Bodas Garut

Hutan konservasi Talaga Bodas memiliki syarat menjadi destinasi wisata migrasi elang dan burung di Indonesia.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 07 Feb 2020, 06:00 WIB
Kawasan wisata alam Talaga Bodas Garut, menjadi potensi baru spot wisata migrasi elang di pulang Jawa (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Memiliki pasir putih nan menawan, serta danau jernih dengan air belerangnya yang khas. Kawasan wisata alam Gunung Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat, memiliki potensi lain untuk dikembangkan. Apa itu?

Dalam simposium nasional mengenai elang Jawa di Bali beberapa waktu lalu, ditemukan data baru jika kawasan hutan konservasi Gunung Talaga Bodas, Garut, menjadi salah satu tujuan migrasi elang di pulau Jawa.

Tak ayal temuan itu, langsung membuka keceriaan semua pihak, terutama potensi baru munculnya spot wisata yang menarik, yakni lokasi migrasi elang.

Sebelum spot baru migrasi elang ditata, tak ada salahnya kita menjelajah kawasan seluas 23,85 hektare dengan ketinggian 1.512 mdpl, sambil menikmati sensasi berwisata di danau hutan Lindung, kota Intan.

Kepala Bidang KSDA Wilayah III Ciamis, Andi Witria Rudianto mengatakan, hasil sarasehan yang dilakukan antara pemerintah dan tokoh masyarakat sekitar, menemukan data baru adanya migrasi elang di kawasan hutan Talaga Bodas.

"Ini peluang wisata ke depan, jadi tidak hanya mengandalkan wisata Talaga Bodas yang ada, tapi bisa dikemas dalam wisata pengemasan (spot) burung migran dan lainnya," ujarnya, Rabu (5/2/2020).

Menurut Andi, ditemukannya potensi migrasi elang di Talaga Bodas, merupakan anugerah bagi pengembangan wisata ke depan, sehingga saat migrasi berlangsung, bisa menjadi pilihan menarik bagi wisatawan.

"Saya kira PKEK bisa segera memberikan sinyal, waktunya kapan, biasanya migrasi burung kan ada waktunya bulan apa saja," ujarnya.

Selama ini, kawasan wisata hutan Talaga Bodas dikenal dengan landscape-nya yang aduhai, mulai danau jernih dengan pasir putihnya, termasuk balutan hutan hijau tropis yang mengelilingi. "Ke depan kita akan monitoring terkait itu," kata dia.

Bahkan, dengan semakin matangnya persiapan, lembaganya, ujar dia, tidak akan pelit memberikan rekomendasi kebijakan, untuk mendukung spot baru wisata migrasi elang di Talaga Bodas.

"Tahun ini kegiatan saja terkait monitoring flora dan faunanya, tahun depan kita bisa masukan terkait migrasi khusus raptor," ujarnya.

 

 

 

 


Penyiapan Spot Menarik

Beberapa pengunjung tengah menikmati berwisata di kawasan wisata alam hutan dan danau Talaga Bodas, Wanaraja, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Manajer Operasional Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) Zaini Rakhman mengatakan, untuk mendukung hasil temuan satelit dalam simposium di pulau Dewata tersebut, lembaganya berencana melakukan kajian.

"Itu menarik, selama ini banyak elang sitaan dari Garut yang berasal dari hasil migrasi, kan kita belum tahu itu," ungkap dia.

Menurut dia, datangnya ribuan ekor elang dalam waktu bersamaan, memberikan sensasi tersendiri berlibur di Talaga Bodas, sehingga diperlukan rencana matang menyiapkan spot baru wisata, untuk menikmati momen langka tersebut.

"Makanya kita akan jadikan spot Talaga Bodas itu sebagai lokasi pelepasan liaran sekaligus migrasi," kata dia.

Saat ini, wilayah langit Indonesia, menjadi persimpangan sekitar 25 jenis burung dari 59 jenis burung di Asia, yang kerap migrasi berkala secara besar-besaran setiap tahunnya.

"Paling umum jenis (elang) sikap madu, alap-alap Cina, alap-alap Jepang, dan kemarin ada jenis alap-alap kawah yang ikut migrasi," ujarnya.

Sementara, khusus kawasan Talaga Bodas, dari beberapa elang serahan hasil tangkapan warga di wilayah itu, jenis elang sikep madu dan alap-alap kawah, menjadi dua jenis elang yang mendominasi.

"Biasanya arus datang sekitar Oktober, November, Desember, kemudian mereka akan stay selama itu sampai April kembali lagi," kata dia.

Zaini menambahkan, hasil kajian Tokyo University, serta Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satu faktor penarik datangnya migrasi elang karena melimpahnya makanan, serta landscape yang menarik.

"Jadi landscape-nya Talaga Bodas dan Garut secara umum itu, mirip dengan sotoyama landscape yang ada di Nagano, Jepang," kata dia.


Peluang Wisata Baru

Menara pandang kawasan wisata alam Talaga Bodas Garut, Jawa Barat siap memanjakan pengunjung yang datang ke sana (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Zaini menambahkan, dengan temuan itu lembaganya berharap, kawasan wisata alam hutan Talaga Bodas, memiliki syarat menjadi destinasi baru spot wisata migrasi burung elang di Indonesia.

Di luar banyak sekali, di Malaysia itu tujuan migrasi (burung) jadi potensi (wisata) hotel dan sebagainya jadi penuh, di Thailand juga ada, nah di Indonesia belum ada, di Bali mulai merintis," kata dia.

Ada tiga jenis migrasi burung, yaitu, pertama, Rusting, ketika datang rombongan burung datang kemudian kemalamam dan melakukan istirahat sejenak di kawasan yang dihinggapi. "Beristirahat di sini, kemudian besoknya lanjut lagi," kata dia.

Kedua Stock Over, yakni kawasan migrasi burung akan melakukan istirahat dengan interval waktu antara satu hingga dua pekan di kawasan baru yang mereka datangi. "Nah ketiga kalau wintering tujuannya, dia akan stay selama dua tiga bulan," ujarnya.

Melihat potensi yang ada, ia menilai migrasi elang di kawasan Talaga Bodas bisa berlangsung hingga tiga bulan. "Saya milihat bisa stay 2-3 bulan, cuma kan belum ada kajian lebih banyak," kata dia.


Pelepasliaran Sepasang Elang Ular

Perwakilan Pemda Garut, PGE Karaha, BKSDA dan PKEK Kamojang, tengah melakukan pelepasliaran sepasang elang jenis ular di hutan Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Dalam kesempatan yang sama, sepasang ular elang (Spilornis cheela) kembali dilepasliarkan di kawasan hutan Talaga Bodas, Kecamatan Wanaraja. Musrah (3) elang jantan dan Delilah (3), elang betina, akhirnya mendapatkan kembali habitatnya di alam liar.

Corporate Secretary PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Mindaryoko mengatakan, sepasang elang itu merupakan elang ke-51 yang dilepasliarkan PKEK dalam beberapa tahun terakhir.

"Mudah-mudahan berjodoh dan bisa berkembang biak," ujar dia.

Keduanya diketahui merupakan hasil serahan warga ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Kantor Bidang III Ciamis, yang kemudian direhabilitasi di Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK).

Kepala Bidang KSDA Wilayah III Ciamis, Andi Witria Rudianto mengatakan, kawasan hutan konservasi Talaga Bodas, dinilai cocok sebagai salah satu area pelepasliaran elang di wilayah Garut.

Selain luasan wilayah yang masih menunjang, kehadiran potensi makanan bagi elang di wilayah itu, menjadi alasan lain pemilihan lokasi tersebut.

"Kita sudah dua kali kita lepasliarkan di sini dan hasilnya cukup baik," kata dia. Selain Talaga Bodas, daerah Kamojang di Kecamatan Samarang, Garut serta Gunung Syawal di Ciamis, menjadi lokasi lain lokasi pelepasliaran elang, selama ini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya