Jeritan Hati Orangtua yang Anaknya Kuliah di China: Kami Ingin Kumpul Lagi

Muhammad Syam resah, anaknya Adzima Nurul Fatima (19), sedang menuntut ilmu di sebuah kampus 541 kilometer dari pusat penyebaran Virus Corona di Kota Wuhan, Tiongkok.

oleh Abdul Rajab Umar diperbarui 06 Feb 2020, 21:00 WIB
Muhammad Syam resah, anaknya Adzima Nurul Fatima (19), sedang menuntut ilmu di sebuah kampus 541 kilometer dari pusat penyebaran Virus Corona di Kota Wuhan, Tiongkok. (Liputan6.com/ Abdul Rajab)

Liputan6.com, Mamuju - Muhammad Syam seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) sempat dibuat khawatir menunggu kabar anaknya yang berkuliah di Tiongkok. Betapa tidak, anak pertamanya Adzima Nurul Fatima (19) yang sedang menuntut ilmu, berada 541 kilometer dari pusat penyebaran Virus Corona di Kota Wuhan, Tiongkok.

Adzima Nurul Fatima, dara jelita yang saat ini sudah memasuki semester empat berkuliah di Hubei University for Nationalities, yang berada di Kota Enshi Provinsi Hubei, Tiongkok, mengambil jurusan kedokteran. Nurul sudah berkuliah di sana sejak Desember 2018, sejak tamat dari MAN Mamuju dan mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang bekerjasama dengan kampus tempat ia belajar di Tiongkok.

Hati orangtua mana yang tidak merasa resah, ketika mengatahui bahwa buah hatinya berada sangat dekat dengan pusat virus mematikan yang sudah ditetapkan oleh WHO sebagai keadaan darurat global. Begitulah kegundahan hati yang dirasakan oleh Muhammad Syam bersama istrinya, Rosdiana.

Apalagi Syam selalu mendapatkan kabar dari Nurul terkait situasi di sana, yang mana setiap hari semakin memburuk. Bahkan ia mendapatkan kabar dari anak sulungnya itu, bahwa anaknya harus terisolasi di asrama kampus tempat ia menuntut ilmu, akibat virus yang sudah menyebar disekitar anaknya berada.

"Sejak merebaknya Virus Corona di Wuhan, dan setelah ada yang terjangkit di sekitar tempat tinggalnya, mereka dilarang untuk beraktivitas, Dia bersama teman-temannya diisolasi di asrama kampusnya masing-masing. Di asrama itu yang dari luar dilarang masuk. Bahkan teman-temannya yang saat itu sering jalan juga dipisahkan dengan mereka yang berada lama di kampus," ujar Syam saat ditemui Liputan6.com di ruang kerjanya, Rabu (5/2/2020).

 

Simak juga video pilihan berikut ini:


Bahan Makanan Menipis

Syam bercerita, setelah beberapa hari diisolasi, ia mendapat kabar dari nurul, bahwa bahan makanan di asramanya mulai menipis. Beruntung pihak Kedutaan Besar Republik Indonesi (KBRI) memberikan bantuan kepada mereka untuk persiapan satu dua minggu, yang menurut Syam itu merupakan perhitungan pihak KBIR sebelum mengevakuasi anaknya bersama Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya.

Setalah kabar mengenai bahan makanan yang menipis itu, Syam kembali mendapat kabar dari Nurul, bahwa sudah ada beberapa orang yang terjangkit virus Corona disekitar tempatnya diisolasi dan bahkan sudah memakan korban. Kabar itu sempat membuat istri dari Syam drop, karena tidak bisa tidur dan makan akibat terus memikirkan nasib Nurul yang harus bertahan ditengah kepungan virus mematikan itu.

"Beberapa hari sejak wabah itu terjadi, sudah ada beberapa yang tertular dan bahkan ada yang meninggal. Disekitar tempat anak saya, ada 17 yang terjangkit dan beberapa yang meninggal. Terakhir sudah mencapai 75 yang tertular sebelum anak saya dievakuasi, bahkan sudah ada yang masuk ke asrama dan banyak mahasiswa internasional yang merasa khawatir dan ingin segera pulang," tutur Syam.

Tidak hanya sampai disitu saja yang membuat Syam dan keluarga merasa khawatir akan nasib Nurul. Puncaknya ketika Nurul melakukan screening untuk dapat dievakusi kembali ke Indonesia. Syam sangat khawatir, jangan sampai anaknya dinyatakan tidak lulus screening karena ia sempat mendapat kabar bahwa Nurul dinyatakan tidak lulus tes kesehatan dan itu merupakan kabar terakhir yang ia terima.

"Nanti kami tenang itu ketika ada kabarnya kalau ia bersama teman-temannya dan WNI lainnya sudah ada di pesawat bersiap untuk diterbangkan ke Indonesia. Barulah kami merasa tenang dan alhamdulillah saat itu pemerintah memulangkan Nurul bersama dengan 244 WNI lainnya ke Kabupaten Natuna di Provinsi Kepulauan Riua," ucap Syam.

 


Kembali ke Tanah Air

Syam juga mengungkapkan bahwa ia bersama istri sangat tertutup terkait kondisi Nurul bahkan mereka keluarga mereka sendiri ketika belum mendapat kepastian bawah Nurul akan dievakuasi ke Indonesia. Hal itu sangat ia dan keluarga hindari karena memikirkan kondisi kesehatan istrinya yang sering menangis ketika ada yang bertanya mengenai kondisi Nurul di Tiongkok.

Kini Syam bersama keluarga sudah bisa merasa lega, meski anak sulungnya belum bisa berkumpul bersamanya, setidaknya ia mengetahui bahwa anaknya sudah keluar dari negara pusat penyebaran Virus Corona itu. Apalagi ia selalu mendapat kabar dari Nurul, bahwa anaknya saat ini baik-baik saja meski berada di tempat observasi yang disiapkan oleh pemerintah.

"Kabar terakhir ia (Nurul) mengatakan kalau kondisi mereka disana baik, sehat semua, fasilitasnya lengkap. Dia juga bilang enak disini. Karena saat di Hubei ia jarang makan ikan, sampai di Natuna sudah bisa makan ikan lagi. Tiap pagi dia olahraga, makan tiga kali sehari dengan snacknya," kata Syam.

Syam hanya berharap agar anaknya yang saat ini berada di Natuna dapat kembali berkumpul bersama keluarga secepat mungkin. Terkait apakah anaknya akan kembali ke Tiongkok untuk menuntut ilmu, ia hanya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak pemerintah. Apalagi saat ini pihak Pemprov sulbar sudah menunggu kepulangan Nurul.

"Keputusan apakah anak saya akan kembali lagi ke Tiongkok, itu tergantung keputusan dari pihak pemerintah Indonesia dan Tiongkok. Kami juga sudah bertemu Wagub sulbar kemarin, ibu sangat merespons sekali, bahkan terakhir pesannya kalau sudah tiba di sini, dari masa observasi, ibu Wagub meminta untuk ketemu dengan Nurul," tutup Syam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya