Cerita Akhir Pekan: Benarkah Virus Corona Jadi Bencana untuk Pariwisata Indonesia?

Penyebaran wabah virus corona berimbas pada ragam sektor, tak terkecuali pariwisata di Tanah Air.

oleh Putu Elmira diperbarui 08 Feb 2020, 08:30 WIB
Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Kekhawatiran masih menyelimuti seantero jagat akibat penyebaran wabah virus corona. Virus yang awalnya berpusat di Kota Wuhan, China tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak lebih dari 500 orang.

Terkait virus corona yang begitu meresahkan, Indonesia menghentikan penerbangan ke China mulai Rabu, 5 Februari 2020. Hal ini adalah salah satu keputusan dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Minggu, 2 Februari 2020.

Sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona, Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk sementara waktu juga menunda layanan penerbangan dari Jakarta ke sejumlah kota di China.

Selain itu, pendatang yang tiba dari daratan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan sudah berada di sana selama 14 hari untuk sementara tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia. Kebijakan selanjutnya adalah pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara RRT yang bertempat tinggal di daratan RRT untuk sementara dihentikan.

Lalu, pemerintah meminta warga negara Indonesia untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke daratan China. Di sisi lain, wabah virus corona telah memberi pengaruh luar biasa, tidak terkecuali dengan industri pariwisata Indonesia.

Dampak virus corona yang 'mengguncang' pariwisata Tanah Air turut disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani.

"(Dampaknya) berat dan drop, per tahun ada 1,5 juta turis China. Kalau seperti ini, potensi hilang. Banyak yang tidak pergi dan membatalkan, dampaknya signifikan," kata Hariyadi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 5 Februari 2020.

Di tengah situasi terdesak seperti ini, Hariyadi menyampaikan alternatif pengganti absennya turis China bukan hal yang mudah. Jadi tantangan untuk tetap bertahan.

"Strateginya membuat paket-paket yang murah bekerja sama dengan airlines dengan rate kompetitif," tambahnya.

Meski potential loss dan revenue menurun, dikatakan Haryadi, tidak boleh pesimis dan tetap terus mencari jalan untuk berupaya bertahan.

"Turis asing (difokuskan) seperti dari Australia, Selandia Baru, Middle East, Asia Tengah, Uzbekistan. Yang penting kerja sama pemerintah, pelaku usaha, dan airlines," lanjutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Curahan Hati Pemandu Wisata

Ilustrasi travel (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Wabah virus corona juga berdampak besar bagi para pemandu wisata. Tidak terkecuali dengan mereka yang menjadi anggota dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

"(Dampaknya) besar, HPI dari dunia guide dapat keluhan dari 40 persen anggota yang handling tamu Tiongkok, di mana wisatawan berkurang," kata Raja Muhammad Syafarullah, Ketua DPC HPI Tanjungpinang kepada Liputan6.com, Rabu, 5 Februari 2020.

Farul, begitu ia akrab disapa, menyebutkan pihaknya fokus dengan tamu domestik, regional, dari Singapura, dan Malaysia. Namun, tak sedikit dari wisatawan tersebut ragu hingga membatalkan perjalanan ke Tanjungpinang.

Penurunan jumlah wisatawan, khususnya dari Tiongkok, mulai terasa di akhir Januari 2020. Namun, puncaknya saat perayaan Imlek, di mana seharusnya yang menjadi masa panen bagi para pramuwisata, karena virus corona, mereka terpaksa gigit jari.

Menurut Farul, berdasarkan data yang dihimpun, pada Januari 2019 terdapat setidaknya 13 ribu wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Tanjungpinang. Penurunan terasa di Januari 2020, di mana ada 10 ribu turis Tiongkok yang pelesir.

"Para turis Tiongkok awalnya biasanya ke pantai-pantai di Bintan. Setelah 3--4 hari, baru mereka ke arah kota. Mereka ke daerah pecinan di Senggarang ke Klenteng Besar dan di Tanjungpinang ke vihara "Patung Seribu"," jelasnya.

Rencana sebagai strategi mengisi kekosongan turis Tiongkok adalah dengan fokus pada pasar domestik, spesifiknya pada anak-anak sekolah, warga lokal Kepulauan Riau atau Tanjungpinang.

"Stateginya membuat paket wisata edukasi di sini dan tematik. Memperkenalkan warisan Budaya Melayu, ke Kota Lama, warisan peninggalan Belanda," kata Farul.


Strategi ASITA

Ilustrasi travel (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Kebijakan pemerintah akan penutupan akses sementara turis China ke Indonesia turut mendapat dukungan dari Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA).

"Awalnya dilematis, tapi lebih baik tutup dahulu (akses), mengimbau untuk tidak datang dulu," kata Wakil Ketua Umum ASITA Budijanto Ardiansjah saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 3 Februari 2020.

Dampak menurunnya jumlah wisatawan China ke Tanah Air membuat ASITA melancarkan strategi untuk menutup kekosongan tersebut. Satu di antaranya dengan mengalihkan market pariwisata.

"Yang pertama, pemerintah dapat memberi dispensasi (turis China) sebagai empati saat semua berlalu. Kedua, mau tak mau membuka market baru khususnya pada beberapa negara di Asia seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina." tambahnya.

"Caranya dengan promosi yang paling efektif melalui travel agent, baik di Indonesia dan di negara itu," tambahnya.


Strategi Pemerintah

Menparekraf Wishnutama saat diskusi panel VII Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Panel VII membahas transformasi ekonomi II. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kemenparekraf pun telah mempersiapkan beberapa strategi untuk melindungi pariwisata, sebut saja dengan fokus pada pasar turis dalam negeri untuk pelesir di Tanah Air.

"Kita akan buat paket-paket yang lebih menarik, airlines juga didorong untuk menjual tiket lebih murah. Presiden sudah setuju dan menyampaikan hal itu. Mendorong harga lebih affordable sehingga wisnus (wisata Nusantara) meningkat," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020.

Selain itu, meningkatkan MICE terkhusus untuk pasar Indonesia dan internasional. "Itu potensi menarik. Sekali undang, bisa ratusan ribuan orang," lanjutnya.

Cara lain yang akan dilancarkan prmosi wisata ke pasar luar negeri di luar China, terkhusus Australia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Utara yang meliputi AS dan Kanada, serta Eropa.

"Saya bicara dengan travel agent untuk menggencarkan penjualan paket-paket ke Indonesia," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya