Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pasien yang sembuh Virus Corona semakin banyak, yakni 1.339 orang. Jumlah yang meninggal tercatat 565 orang, dengan kata lain jumlah pasien yang sembuh sudah 50 persen lebih banyak.
Pantauan peta Johns Hopkins University, Kamis malam (6/2/2020), virus yang menyebar dari kota Wuhan ini telah menginfeksi 28.344 orang dan 28.085 pasien berasal dari China.
Ada pula kabar bayi baru lahir di Wuhan yang positif terkena Virus Corona.
Baca Juga
Advertisement
Pasien tertinggi kedua adalah Jepang dengan 45 kasus, kemudian diikuti Singapura dengan 28 kasus. Belum ada kasus kematian akibat Virus Corona di dua negara tersebut.
Penularan Virus Corona di Singapura disorot WHO. Pasalnya, bulan lalu ada konferensi bisnis di Hotel Grand Hyatt Singapura yang dihadiri 100 lebih peserta dan diduga terjadi penularan virus itu di konferensi itu.
Masih belum ada kasus positif Virus Corona di Indonesia. Kabar baiknya, alat pendeteksi virus itu sudah tiba di Tanah Air.
China juga selesai membangun RS khusus Virus Corona yang kedua, yakni RS Leishenshan. Pembangunan selesai dalam 10 hari.
Peta Gis And Data mendapat data dari World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dari Amerika Serikat, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), National Health Commission (NHC) dari China, dan komunitas digital kedokteran China, DXY.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Alat Deteksi Virus Corona
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan bahwa saat ini pemerintah Indonesia telah berhasil mempunyai alat pendeteksi virus corona. Alat tersebut diharapkan dapat mencegah masuknya virus corona masuk ke Indonesia.
"Yang sangat penting, Indonesia sudah punya alat untuk mendeteksi virus corona. Ada Prof (Prof. Amien Soebandrio) menyampaikan kemampuan Indonesia mendeteksi bila terjadi sesuatu corona ini," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Prof Amien Soebandrio merupakan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Menurut dia, ada dua alat yang dimiliki Indonesia untuk mendeteksi keberadaan virus corona yang berasal dari Wuhan, China.
"Alat untuk dipakai untuk deteksi ini 1 PCR dan 1 lagi sequencing," ujar Prof Amien di kesempatan yang sama.
Prof Amien menyebut Indonesia sudah banyak memiliki alat pendeteksi tersebut yang disimpan di laboratorium dan perguruan tinggi. Namun, kata dia, alat itu tak rutin memeriksa virus corona.
"Di lembaga Eijkman, kami punya dan kami punya pusat genom nasional yang bisa mendeteksi berbagai macam virus," ucapnya.
Advertisement
Butuh Keahlian
Prof Amien menjelaskan pihaknya masih menggunakan alat yang sama, sistem, dan orang yang sama dalam mengidentifikasi virus corona. Cukup dengan beberapa jam dan berbagai pengecek, seorang ahli dapat mengetahui apakah manusia tersebut terjangkit virus corona.
"Biasanya dilakukan validasi kemudian dicek ulang untuk memastikan apakah itu betul negatif atau betul positif. Kadang-kadang harus mengulangi lagi. Tapi kalau satu prosesnya 4-5 jam sudah selesai," tutur Prof Amien.
Untuk saat ini, dia menututkan bahwa alat pendeteksi virus corona masih diimpor dari luar negeri. Prof Amien menekankan bahwa butuh keahlian khusus dalam mengoperasionalkan alat pendeteksi itu agar hasilnya tidak salah.
"Tentu (impor) kita belum bisa bikin. Mesin PCR bisa dipakai untuk pemeriksaan apa saja. Sequencing juga bisa dipakai untuk apa saja," jelas dia.