Ahli Psikologi: 3 Kebutuhan Anak yang Orang Tua Gagal Sediakan

Berkembangnya teknologi, membuat para orang tua gagal dalam membesarkan anak -anak mereka.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2020, 09:00 WIB
Peringati Hari Anak Nasional dengan mencoba belajar jadi ibu yang pengertian melalui pola asuh mindful parenting. (Ilustrasi: Pexels.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Ketakutan akan teknologi yang dapat mengganggu kemampuan anak – anak untuk fokus dan  mencapai kesuksesan membuat para orang tua mengambil langkah yang ekstrem. Diantaranya dengan mencabut komputer atau game di kamar anak –anak. Bahkan ada orang tua yang sengaja merusak perangkat  hingga hancur.

Tapi kebanyakan orang tua tidak mengerti bahwa teknlogi bukanlah masalah dan aturan ketat penggunaan teknlogi pada anak –anak juga bukan solusi yang baik.

Anak-anak memiliki kebutuhan psikologis. Seperti tubuh manusia yang membutuhkan nutrisi untuk berfungsi dengan baik, begitu juga dengan jiwa manusia yang memiliki kebutuhan sendiri untuk berkembang.

Jadi, ketika anak-anak tidak diberikan “nutrisi psikologis” yang dibutuhkan, maka mereka cenderung melakukan perilaku yang tidak sehat dan seringkali mencari kepuasan di lingkungan virtual.

Jika Anda ingin mengurus anak dengan sukses, berikut tiga kebutuhan penting nutrisi psikologis yang dibutuhkan, melansir laman CNBC, Kamis (13/2/2020:

1. Otonomi

Mungkin terdengar mengerikan, tetapi memberikan kebebasan untuk memilih pada anak-anak adalah hal yang baik.

Menurut sebuah penelitian dua profesor psikologi, Marciela Correa-Chavez dan Barbara Rogoff, anak-anak Maya yang kurang terpapar dengan pendidikan formal menunjukkan "perhatian dan pembelajaran yang lebih berkelanjutan daripada rekan-rekan mereka dari keluarga Maya dengan keterlibatan luas dalam sekolah Barat."

Dalam sebuah wawancara dengan NPR, Dr. Suzzane Gaskins menyatakan dari tempat – tempat yang pernah dipelajari dalam beberapa dekade, banyak orang tua Maya yang memberi anak–anak kebebasan.

"Daripada meminta orang tua menetapkan tujuan - dan kemudian harus menawarkan bujukan dan hadiah untuk mencapai tujuan itu - anak itu yang menetapkan tujuan," ungkapnya.  Orang tua harus mendukung setiap keputusan anak – anak.

Sebagian sekolah di Amerika dan negara industri lain adalah tempat dimana anak- anak tidak memiliki kebebasan untuk memilih pilihan mereka sendiri.

Dalam studinya, Rogoff menyatakan bahwa mungkin beberapa anak-anak melepaskan kendali perhatian mereka karena merasa selalu dikelola oleh orang dewasa.

Yang dapat dilakukan orang tua adalah membantu anak-anak dalam membuat batasan mereka sendiri, bukannya menegakkan hal – hal yang ketat dalam penggunaan teknologi.

Tujuannya agar anak – anak mengerti mengapa harus ada batasan dan membuat mereka bersedia melakukan apa yang menjadi batasan.

Semakin sering Anda membuat keputusan bersama, semakin besar kemungkinan anak –anak akan mendengarkan Anda.

 


2. Kompetensi

Kelakuan anak bikin berantakan rumah (Sumber: Twitter/GospelJosiah)

Pikirkan apa yang Anda kuasai, seperti memasak atau cara memarkir kendaraan di tempat sempit. Kompetensi itu baik untuk menumbuhkan perasaan Anda mencapai kesuksesan hidup.

Sayangnya, perasaan akan kemajuan sudah memudar pada anak-anak saat ini, karena anak –anak sering diberi pesan bahwa mereka tidak kompeten terhadap apa yang mereka lakukan. 

Tes standard, misalnya merupakan kontribusi besar untuk masalah ini, Karena tidak memperhitungkan fakta bahwa setiap anak mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda.

Jika seorang anak tidak berhasil dengan baik di sekolah dan tidak mendapat dukungan individual yang diperlukan, mereka mulai percaya bahwa mereka tidak berkompeten dan akan berhenti berusaha. Dengan tidak adanya kompetensi di sekolah, anak anak beralih ke tempat yang tidak sehat untuk tumbuh dan berkembang.

Perusahaan pembuat game, aplikasi, dan gangguan potensial lainnya dengan senang hati menjual solusi siap pakai untuk kekurangan “nutrisi psikologis” anak-anak.  Karena perusahaan tahu banyak konsumen yang merasa pencapaiannya menyenangkan apabila naik level, mendapat banyak followers ataupun like.

Yang dapat dilakukan orang tua adalah mencari kemudahan pada kegiatan akademik atau atletik yang terstruktur, serta mencari harapan dan tekanan di sekitra mereka. Berdiskusi dengan anak tentang apa yang mereka sukai dan dukung untuk mengejarnya agar anak –anak dapat mencapai tingkat kompetensinya.

3.  Keterkaitan

Seperti orang dewasa, anak-anak ingin dianggap penting bagi orang disekitarnya. Untuk dapat mememnuhi kebutuhan dan keterampilan social ini peluang anak untuk berinteraksi dengan orang lain berpengaruh. 

Namun, zaman sekarang kebebasan untuk anak-anak berinteraksi atau bermain di luar dengan orang lain dibatasi. Banyak anak yang dibesarkan tidak boleh bermain di luar karena alasan tertentu, seperti adanya predator anak, lalu lintas, dan pengganggu, menurut sebuah survey terhadap orang tua dalam artikel Atlantic.

"Selama lebih dari 50 tahun, waktu bermain anak-anak telah terus menurun, dan itu membuat mereka tidak berubah menjadi orang dewasa yang percaya diri," ungkap penulis artikel.  

Spiral ke bawah ini membuat banyak anak tidak punya pilihan lain. Selain tetap di dalam rumah, menghadiri program terstruktur, atau mengandalkan teknologi untuk terhubung dengan orang lain.

Yang dapat dilakukan orangtua adalah memberi anak-anak waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan anak –anak seusia mereka karena hal ini dapat membantu mereka menemukan apa yang tidak ada di media sosial atau online.

 

Reporter : Tiara Sekarini

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya