Liputan6.com, Abu Dhabi - Maskapai Etihad Airways milik Uni Emirat Arab terpaksa menjual 38 pesawatnya karena menanggung rugi selama bertahun-tahun. Nantinya, pesawat yang dijual akan disewa lagi oleh maskapai.
Dilansir DW Indonesia, Jumat (7/2/2020), pesawat yang akan dijual adalah 22 Airbus A330 dan 16 Boeing 777-300ER – kepada perusahaan investasi KKR. Selanjutnya Etihad akan menyewa pesawat-pesawat yang sudah dijual itu, kecuali Airbus A330.
Baca Juga
Advertisement
Etihad menggambarkan langkah itu sejalan dengan tahun ketiga program transformasi mereka.
"Kesepakatan ini menawarkan fleksibilitas kepada kami, sambil memastikan bahwa kami mendukung target keberlanjutan kami dan mempertahankan armada pesawat yang paling efisien bahan bakar dan berteknologi maju," kata Etihad dalam sebuah pernyataan.
Situs web Etihad mencantumkan bahwa maskapai itu saat ini memiliki armada 102 pesawat terbang. Namun pesawat Airbus jenis A330 tidak ada lagi dalam daftar armadanya. 16 pesawat Boeing 777 yang akan dijual dan disewa lagi adalah 15 persen dari armada saat ini.
Sejak 2016, Etihad telah menderita kerugian total senilai 4,75 miliar dolar AS, karena strateginya membeli saham secara agresif di beberapa maskapai penerbangan dunia, dari Eropa sampai Australia, antara lain maskapai penerbangan Jerman AirBerlin.
Etihad ketika itu ingin menyaingi Emirates Airways dan Qatar Airways, maskapai penerbangan Timur Tengah yang cukup sukses. Tapi strategi itu ternyata membuat Etihad mengalami kerugian besar.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Etihad Kena Dampak Virus Corona
Tahun 2018, Etihad mencatat kerugian sampai 1,28 miliar dolar AS. Data keuangan maskapai tahun 2019 belum dirilis.
Sejak 2016, Etihad mulai melakukan penghematan di berbagai bidang, dan baru-baru ini mengumumkan akan merestrukturisasi pembelian pesawat yang direncanakan dari Airbus dan Boeing.
Etihad tahun 2018 melaporkan omset senilai 5,86 miliar dolar, lebih kecil daripada omset tahun 2017 yang mencapai 6 miliar dolar AS. Maskapai ini menerbangkan 17,8 juta penumpang tahun lalu, turun dari 18,6 juta pemumpang pada pada tahun sebelumnya.
Tahun-tahun sebelumnya, Etihad juga membukukan kerugian besar, 1,52 miliar dolar AS untuk 2017 dan 1,95 miliar dolar AS pada 2016. Etihad mengatakan, kerugian tahun 2018 terjadi karena "kondisi pasar yang sulit dan dampak kenaikan harga bahan bakar".
Penguasa Abu Dhabi meluncurkan Etihad Airways tahun 2003, untuk bersaing dengan maskapai penerbangan lain di Uni Emirat Arab, yaitu Emirates. Gagal bersaing, Etihad tahun 2018 mulai meminjamkan pilot ke maskapai saingannya, Emirates.
Kedua maskapai itu adalah maskapai nasional Uni Emirat Arab, sebuah federasi dari tujuh emirat di Semenanjung Arab. Seperti maskapai-maskapai lainnya, kedua perusahaan terpukul oleh wabah virus corona.
Ketika maskapai-maskapai internasional mulai menghentikan penerbangan ke Cina, Etihad masih melakukan penerbangan. Senin lalu, otoritas penerbangan sipil Uni Emirat Arab BARU mengumumkan penghentian penerbangan sipil ke Cina, kecuali ke Beijing.
Advertisement