3 Catatan Novel Baswedan untuk Rekonstruksinya

Novel mempertanyakan waktu rekonstruksi yang digelar pada pukul 03.00 WIB dini hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Feb 2020, 20:59 WIB
Penyidik senior KPK Novel Baswedan memberikan keterangan usai diperiksa oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan Polisi di Gedung KPK, Kamis (20/6/2019). Novel diperiksa terkait kasus penyiraman air keras hingga mata kirinya buta diharapkan bisa menemukan titik terang. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Polisi telah menggelar rekonstruksi kasus penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan hari ini, Jumat (7/2/2020).

Rekonstruksi dilakukan oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya pada pukul 03.00 WIB dini hari tadi. Dua tersangka yakni RM dan RB dihadirkan dalam rekonstruksi ini.

Wakil Direktur Kriminal Umum (Wadirkrimum) Polda Metro Jaya AKBP Dedy Murti yang turut hadir dalam rekonstruksi tersebut membenarkan bahwa penyidik membawa serta kedua tersangka ke lokasi.

"Tersangka datang, kan rekonstruksi," tutur Dedy di lokasi.

Namun, dalam proses pelaksanaannya, Novel memilih tidak mengikuti rekonstruksi. Kondisi mata yang harus dijaga, terlebih penggunaan lampu portable dalam rekonstruksi membuatnya memutuskan untuk tetap di rumah saja.

Meski tidak mengikuti jalannya proses rekonstruksi, ada sejumlah hal yang menurutnya janggal. Berikut tiga catatan Novel Baswedan terkait rekonstruksinya yang dihimpun Liputan6.com:

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Janggalnya Waktu Rekonstruksi

Polisi melakukan adegan rekonstruksi kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (7/2/2020). Rekonstruksi yang berjalan tertutup itu menghadirkan dua tersangka yang diduga sebagai pelaku penyiraman. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Novel Baswedan sempat mempertanyakan pelaksanaan rekonstruksi yang digelar pada Jumat dini hari. Novel merasa janggal dengan rekonstruksi yang digelar di pagi buta itu.

"Iya saya sepakat (janggal), saya memang, rekonstruksi kan mustinya dibikin lebih terang, tempatnya juga nggak harus di sini, waktunya juga nggak harus sama, dan lain-lain," tutur Novel di depan kediamannya, Jalan Deposito, Kelapa Gading, Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, Jumat (7/2/2020).

Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, penyidik mempunyai alasan melakukan rekonstruksi pada dini hari. Menurut Argo, hal itu dilakukan untuk mendapatkan kejadian yang sama persis saat peristiwa terjadi.

"Sesuai dengan jam kejadian. Kemudian, di sana jalanan. Misalnya dilakukan siang hari banyak orang nanti terganggu," kata Argo.


2. Tak Bertemu Tersangka

Polisi mengawal tersangka kasus penyiramanan air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (28/12/2019). Tersangka berinisial RM dan RB dipindahkan dari Polda Metro Jaya ke Bareskrim Mabes Polri untuk penyidikan lebih lanjut. (merdeka.com/Imam Buhori)

Novel Baswedan mengaku tidak bertemu dengan tersangka kasus penyerangannya saat rekonstruksi berlangsung di dekat kediamannya, Jumat pagi.

"Belum (bertemu). Karena gelap, tadi kan saya sempet keluar ke masjid gelap. Saya nggak terlalu jelas lihat dan kondisi mata saya memang sedang ada masalah," tutur Novel di depan kediamannya. 


3. Penggunaan Lampu Portable

Polisi melakukan adegan rekonstruksi kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (7/2/2020). Rekonstruksi yang berjalan tertutup itu menghadirkan dua tersangka yang diduga sebagai pelaku penyiraman. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Novel menyebut, masalah kebutaan mata kirinya merupakan hal yang serius. Semenjak divonis tidak dapat melihat, sebelah matanya jadi sangat sensitif terhadap cahaya.

Terlebih, rekonstruksi dilakukan saat malam hari dengan penerangan yang terbatas. Sementara, cahaya yang berlebihan pun akan terasa sangat mengganggu.

"Dalam kondisi lampu jalan dimatikan, saya merasa (rekonstruksi) akan menggunakan cahaya portable," jelas dia.

Sebab itu, lanjutnya, selama berada di bawah sinar matahari dirinya selalu menggunakan topi. Dalam rekonstruksi pun Novel melalui pengacaranya sudah menyampaikan perihal tersebut dan meminta penyidik dapat memahami kondisinya.

"Ketika dilakukan dengan rekonstruksi tadi saya sampaikan tidak bisa mengikuti. Alasan kesehatan saja," Novel menandaskan.

 

(Okti Nur Alifia)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya